Kamis, 03 Februari 2011

KONSEP DASAR TIDUR

KONSEP DASAR TIDUR
Oleh : Junaedi, S.Kep

Tidur merupakan bagian hidup manusia yang memiliki porsi banyak, rata-rata hampir seperempat hingga sepertiga waktu digunakan untuk tidur. Tidur merupakan kebutuhan bukan suatu keadaan istirahat yang tidak bermanfaat. Tidur merupakan proses yang diperlukan oleh manusia untuk pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak (natural healing mechanism), memberi waktu organ tubuh untuk beristirahat, maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh. Disamping itu tidur bagi manusia dapat mengendalikan irama kehidupan sehari-hari. Salah satu fungsi tidur yang paling utama adalah untuk memungkinkan sistem syaraf pulih setelah digunakan selama satu hari.

DEFINISI
Tidur adalah suatu keadaan bawah sadar dimana orang tersebut dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya.

Tidur adalah suatu fenomena biologis yang terkait dengan irama alam semesta, irama sirkadian yang bersiklus 24 jam, terbit dan terbenamnya matahari, waktu malam dan siang hari, Tidur merupakan kebutuhan manusia yang teratur dan berulang untuk menghilangkan kelelahan jasmani dan kelelahan mental. Tidur merupakan perilaku normal ketika individu kehilangan kontak dengan lingkungannya untuk sementara.

Tidur harus dibedakan dengan koma, yang merupakan keadaan bawah sadar dimana orang tidak dapat dibangunkan.

Terdapat berbagai tahap dalam tidur; dari tidur yang sangat ringan sampai tidur yang sangat dalam.

Tidur dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu :
1. Tidur gelombang lambat; tipe ini gelombang otaknya sangat lambat, dan
2. Tidur dengan gerakan cepat mata (REM sleep); mata bergerak cepat.

Setiap malamnya, sebagian besar masa tidur terdiri atas gelombang lambat yang bervariasi; yakni tidur yang nyenyak/dalam, istirahat/ketenangan yang dialami seseorang pada jam-jam pertama tidur sesudah terjaga selama beberapa jam sebelumnya. Selama tidur, episode tidur REM timbul secara periodic, dan meliputi sekitar 25% dari seluruh tidur, dan pda orang dewasa muda normal terjadi setiap 90 menit. Tipe tidur ini tak begitu tenang dan biasanya berhubungan dengan mimpi yang hidup.

TIDUR GELOMBANG LAMBAT
Tahap tidur ini begitu tenangnya dan dapat dihubungkan dengan penurunan tonus pembuluh darah perifer dan fungsi-fungsi vegetatif tubuh lainnya. Selain itu, tekanan darah, frekuensi pernafasan dan kecepatan metabolisme basal (BMR) akan berkurang 10 sampai 30 persen.

Walaupun tidur gelombang lambat ini sering disebut “tidur tanpa mimpi”, tapi sebenarnya pada tahap tidur ini sering timbul mimpi, dan kadang-kadang bahkan mimpi buruk bisa terjadi pada tipe tidur ini.

Perbedaan antara mimpi-mimpi yang terjadi pada tidur gelombang lambat dengan REM adalah bahwa mimpi yang timbul pada tahap tidur REM dapat diingat kembali, sedangkan mimpi pada saat tidur gelombang lambat biasanya tak dapat diingat. Jadi, selama tidur gelombang lambat tidak terjadi konsolidasi mimpi dalam ingatan.

TIDUR REM (Tidur Paradoksikal, Tidur Desinkronisasi)
Sepanjang tidur malam yang normal, tidur REM berlangsung selama 5 sampai 30 menit dan biasanya muncul rata-rata setiap 90 menit, dimana tidur REM yang pertama terjadi dalam waktu 80 sampai 100 menit sesudah orang tersebut tetidur.

Bila seseorang sangat mengantuk, setiap tidur REM berlangsung singkat dan bahkan mungkin tidak ada. Sebaliknya, karena orang semakin lebih nyenyak sepanjang malamnya, maka tidur REM juga semakin meningkat.

Terdapat beberapa hal yang sangat penting dalam tidur REM, yaitu :
1. Tidur REM biasanya berhubungan dengan mimpi yang aktif.
2. Pada tahap tidur REM biasanya orang akan lebih sulit dibangunkan daripada saat tidur gelombang lambat, walaupun telah diberi rangsangan sensorik, dan ternyata orang-orang terbangun dipagi hari sewaktu episode tidur REM, dan bukan saat tidur gelombang lambat.
3. Tonus otot diseluruh tubuh akan berkurang, dan ini menunjukkan adanya hambatan yang kuat pada serat-serat proyeksi spinal dari area eksitatorik batang otak.
4. Frekansi denyut jantung dan pernafasan biasanya akan menjadi ireguler, dan ini merupakan sifat dari keadaan tidur dengan mimpi.
5. Walaupun ada hambatan yang sangat kuat pada otot-otot perifer, masih timbul juga beberapa gerakan otot yang tidak teratur. Keadaan ini khususnya mencakup pergerakan cepat dari mata.
6. Pada tidur REM, otak menjadi sangat aktif, dan metabolisme di otak menjadi meningkat sebanyak 20%. Juga, pada electroencephalogram (EEG) terlihat pola gelombang yang serupa dengan yang terjadi selama keadaan siaga. Tidur tipe ini disebut tidur paradoksikal karena ini bersfat paradoks, yaitu seseorang dapat tertidur walaupun aktifitas otaknya nyata.

Ringkasnya bahwa tidur REM merupakan tipe tidur dimana otak benar-benar dalam keadaan aktif. Namun, aktifitas otak tidak disalurkan kea rah yang sesuai agar orang tersebut tanggap penuh terhadap keadaan sekelilingnya dan kemudian terbangun.


TEORI DASAR TIDUR

Teori Pasif
Mengatakan bahwa area eksitatori pada batang otak bagian atas, yang disebut system aktivasi reticular mengalami kelelahan setelah seharian terjaga dan karena itu menjadi inaktif.

Teori Proses Penghambatan Aktif
Teori ini berdasarkan percobaan yang memotong/menghambat batang otak setinggi regio midpontil yang kemudian dilakukan perekaman listrik ternyata otak masih terus terjaga. Dengan kata lain bahwa ada beberapa pusat yang terletak dibawah ketinggian mid pontil tadi pada batang otak yang bereaksi untuk bisa menyebabkan tidur walaupun ada bagian-bagian lain otak yang dihambat.

PERANGSANGAN PENYEBAB TIDUR
Daerah nuclei rafe, yang terletak di separuh bagian bawah pons dan medulla oblongata. Daerah ini merupakan lembaran tips nuclei yang terletak pada garis tengah. Nuklei ini menyebar dan menutupi bagian-bagian otak lainnya seperti thalamus, neokorteks, hipotalamus, dan sebagian besar system limbic dan bagian medulla spinalis. Serat-serat tersebut dapat menghambat sinyal-sinyal nyeri yang masuk. Nuklei ini banyak mensekresikan serotonin, dimana serotonin ini merupakan neurotransmitter utama yang berkaitan erat dengan respon nyeri. Sehingga, dapat dikatakan bahwa tidur terjadi karena adanya hambatan pada produksi serotonin.
Nuklei rafe ini merupakan pusat pencetus terjadinya tidur dan terjaga yang menghasilkan serotonin.

Selain adanya hambatan-hambatan yang dilakukan oleh serotinin yang dapat menimbulkan kondisi terjaga, juga adanya lesi pada nuklei rafe juga akan membuat kondisi seseorang dapat terjaga. Hal ini dikarenakan adanya pengeluaran serotonin pada jaringan yang rusak yang dapat mencetuskan respon nyeri yang berakibat seseorang dapat terjaga.

Lesi-lesi yang menyebabkan kondisi terjaga yang ekstrim juga dapat terjadi pada suprakiasma hipotalamus anterior.

Substansi lain yang dapat menyebabkan kondisi tidur adalah bahan yang berasal dari cairan serebrospinal atau darah dari binatang yang terjaga lama beberapa hari yang disebut muramil peptida, yaitu substansi dengan berat molekul rendah yang berakumulasi dengan cairan serebrospinal dan urin. Jika substansi teresebut disuntikan pada ventrikel ketiga, maka dalam beberapa menit akan timbul keadaan tidur alami.

Bahan lain yang berefek tidur adalah substansi nonpeptida yang telah diisolasi dari darah binatang yang tidur.

Penelitian ini yang merupakan awal adanya substansi dasar pemberian anestesi intrarechal dan sub dural dalam pembedahan.

KEMUNGKINAN PENYEBAB TIDUR REM
Sampai saat ini belum dimengerti penyebab tidur gelombang lambat secara teratur dengan diselingi tidur REM. Namun, obat yang kerjanya serupa dengan asetilkolin akan meningkatkan timbulnya tidur REM. Oleh karena itu, telah dapat didalilkan bahwa neuron-neuron besar pada formasio reticular batang otak bagian atas yang mensekresi asetilkolin mungkin melalui serat-seratnya yang luas, mengaktifkan sebagian besar daerah otak yang menyebabkan aktifitas berlebihan pada daerah-daerah tertentu di otak selama berlangsungnya tidur REM, walaupun sinyal-sinyalnya tidak dialirkan ke daerah otak yang sesuai untuk menimbulkan keadaan terjaga yang disadari, yang merupakan sifat keadaan siaga.

SIKLUS TIDUR
Bila pusat tidur tidak diaktifkan maka pembebasan dari inhibisi mesensefalik dan nuclei reticular pontil bagian atas membuat region ini menjadi aktif secara spontan. Keadaan ini justru akan merangsang korteks serebri dan system saraf perifer, yang kemudian keduanya akan mengirimkan banyak sinyal umpan balik positif kembali ke nuclei reticular yang sama agar system ini tetap aktif. Bagitu timbul keadaan siaga.

Sesudah otak tetap aktif selama beberapa jam, neuron-neuron dalam system aktivasi mungkin telah menjadi sangat letih, akibatnya siklus umpan balik korteks serebri ke nuclei reticular akan menurun atau memudar dan efek inhibisi akan diambil alih oleh pusat tidur, sehingga timbul peralihan yang sangat cepat dari keadaan terjaga menjadi keadaan tidur.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa selama keadaan tidur yang berkepanjangan, neuron-neuron yang bersifat eksitasi dari system aktivasi reticular mesensefalon secara bertahap akan semakin mudah dirangsang karena istirahat yang berkepanjangan, sedangkan neuron-neuron inhibisi dari system aktivasi reticular menjadi kurang mudah dirangsang karena aktifitasnya yang berlebihan yang menimbulkan kondisi terjaga.


"Tidur itu ada stadiumnya, tidur dangkal dan tidur dalam," kata Roan. Saat mulai tertidur hingga sekitar 1 - 1,5 jam kemudian, stadium tidur dangkal berubah menjadi dalam. Saat mencapai tidur dangkal kedua kalinya, bola mata tampak bergerak cepat (rapid eye movement sleep = REM Sleep). Ini berlangsung selama 15 - 20 menit, kemudian masuk lagi ke stadium tidur yang lebih dalam. Setelah lewat 1 - 2 jam, timbul kembali tidur REM tahap 2, yang berlangsung 15 - 20 menit. Selama 7 - 8 jam tidur bisa 4 - 5 kali tidur REM.
Tidur REM beberapa kali harus terjadi selama tidur. Kalau tidak, tidur berikutnya akan kacau. Seandainya selama dua minggu selalu terbangun atau dibangunkan dalam stadium tidur REM, dua minggu berikutnya badan menuntut tidur REM lebih banyak atau sering mengantuk. Kalau dalam keadaan normal tidur REM hanya 25% dari seluruh tujuh jam tidur, bila selama dua minggu terganggu, membutuhkan sampai 65%. Tidur REM ini memberikan ciri beberapa gangguan jiwa tertentu. Seseorang yang depresi, tidur REM yang 4 - 5 kali selama 7 jam, bergeser lebih dekat dengan awal tidur. Pada lansia, tidur REM bergeser dekat pagi hari.
Saat tidur terjadi pula perubahan gelombang listrik otak. Kalau dalam keadaan siaga (melek), frekuensi gelombang otaknya tinggi. Dalam keadaan istirahat dan memejamkan mata, otak mengeluarkan gelombang alfa dengan frekuensi 8 - 13 Hz. Menuju stadium tidur lebih dalam, gelombang otak akan memperlambat diri, menjadi 3-7 Hz. Gelombang ini disebut gelombang theta. Selanjutnya, bila tidur sangat dalam, timbul gelombang delta, 1 - 4 Hz. Menurut beberapa peneliti, semakin banyak gelombang kecil per detiknya, semakin lelap dan tenang tidur seseorang. Di kalangan penggemar meditasi, gelombang delta justru dicari karena membawa ketenangan sangat tinggi. Bila terjadi sebaliknya, tidur akan kurang lelap.
Betapapun masalah yang dihadapi seseorang, usahakan untuk mengatasinya sendiri tanpa bantuan obat. Misalnya, untuk membantu mengusir pemicu stres, ambillah selembar kertas, tuliskan masalahnya sebelum naik ke tempat tidur. Kalau Anda membawa pekerjaan kantor ke rumah, singkirkan pekerjaan beberapa jam sebelum jam tidur. Kalau masalah belum teratasi, tenangkan pikiran, bawalah tidur masalah Anda. Keesokan harinya, di kala pikiran lebih terang dan tubuh lebih segar, masalah akan lebih mudah teratasi. Percayalah!

In order to investigate the possibility that these periods of rapid eye movement sleep were in fact related to dream, Aserinsky and Kleitman, and later Bill Dement awakened subjects in the midst of the REM periods. They were able to elicit dream recall from approximately seventy percent of those awakenings. Since then numerous investigators have succeeded in replicating these findings in many laboratories throughout the world. Although the amount of dream recall obtained from REM sleep is now a well-substantiated phenomenon.

EFEK FISIOLOGI TIDUR
Keadaan tidur menimbulkan 2 (dua) macam efek fisiologis utama, yaitu :
1. Efek pada system syaraf sendiri;
2. Efek pada struktur tubuh lainnya.

Efek Pada Sistem Syaraf
Adanya transeksi medulla spinalis setinggi leher tak akan menunjukkan efek yang berbahaya pada tubuh di bawah tingkat pemotongannya itu, yang dianggap merupakan tempat asal timbulnya siklus tidur dan terjaga. Jadi, tidak adanya siklus tidur dan siaga ini di system syaraf pada setiap tempat di bawah otak tidak akan mengganggu atau merugikan organ-organ tubuh atau fungsi tubuh lainnya. Sebaliknya, jika berkurang keadaan tidur akan mempengaruhi fungsi system saraf pusat.

Dalam artian lain bahwa jika seseorang berada dalam kondisi terjaga yang berkepanjangan maka akan mempengaruhi mekanisme saraf lainnya, seperti orang akan lamban dalam berkonsentrasi, bingung, mudah tersinggung dan lain sebagainya. Bisa juga dianalogkan seperti sebuah kompeter yang dipaksa menyala terus menerus maka akan mengakibatkan kekacauan program (cepat panas, konsleting).

Sehingga efek utama dari tidur disini adalah untuk menjaga keseimbangan alami diantara pusat-pusat neuron.

Efek Pada Struktur Tubuh Lain
Adanya tidur akan menimbulkan beberapa respon fisiologis dalam tubuh diantaranya adalah :
• Terjadinya penurunan tekanan darah, arteri dan frekuensi nadi.
• Akan terjadi dilatasi pembuluh darah pada kulit;
• Aktivitas traktus gastrointestinal kedangkala meningkat;
• Relaksasi otot-otot tubuh;
• Kecepatan Basal Metabolisme Rate (BMR) akan menurun sebanyak 10 sampai 30%.

Pada waktu tidur individu menutup matanya, pupil mengecil, otot melemas, denyut jantung melemah, tekanan darah menurun dan metabolisme tubuh melambat (Kedja, 1990).Menurut Panteri (1993) neourofisiologi tidur, dapat digambarkan sebagai tahapan-tahapan tidur dengan poligrafi tidur yaitu electroenchelograph, electrocardiograph, dan electromiograph.

Selain itu juga kekurangan tidur dapat menimbulkan beberapa kondisi sebagai berikut :
• Mempunyai mata yang bengkak disebabkan kekurangan tidur.
• Sering merasa letih dan tertekan pada waktu pagi dan malam.
• Sering tertidur ketika berada dikhayalak ramai.
• Kurang aktif dan kurang mempunyai hubungan sosial.
• Sukar untuk menumpukan kepada isu yang dibincangkan dan fikiran sering merawang kepada pekara lain.
• Sering mendapat masalah kesehatan seperti kejang otot, sakit perut, pening, dan lain-lain.
• Sukar tidur, sering terjaga malam, atau terjaga terlalu awal.
• Takut waktu tidur kerena risau susah tidur.
• Mudah tersinggung.
• Mengambil obat-obatan dalam beberapa bulan kebelakangan ini.
• Sering menggunakan rokok, alkohol, ubat untuk menenangkan diri sebelum tidur.
• Ketagihan kepada ubat penenang.
GELOMBANG OTAK
Pada saat berbaring dalam keadaan masih terjaga ditunjukkan dengan gelombang otak beta (β) yang bercirikan frekuensi yang cepat yaitu 15 sampai 20 putaran per detik dan bertegangan rendah yaitu kurang dari lima puluh mikrovolt.
Selanjutnya dalam keadaan yang lelah dan siap tidur mulai untuk memejamkan mata, pada saat ini gelombang otak yang muncul mulai melambat frekwensinya, meninggi tegangannya dan menjadi lebih teratur. Gelombang ini dinamakan gelombang alpha (ά) yang memiliki 8 sampai 12 putaran per detik yang menggambarkan keadaan santai, tidak tegang tapi terjaga. Setelah beberapa menit dalam keadaan alpha kecepatan napas mulai melambat. Ini adalah transisi tidur awal (tidak nyenyak) yang ditandai oleh gelombang theta (γ) 50 hingga 100 mikrovolt, 4 hingga 8 putaran per detik. Dalam keadaan permulaan tidur ini, denyut jantung melambat dan menjadi stabil, napas menjadi pendek-pendek dan teratur. Tahap ini dapat berlangsung dari sepuluh detik hingga 10 menit dan kadang disertai dengan citra visual yang disebut halusinasi hipnagogik, karena otot rangka tiba-tiba mengendur dan kadang mengalami sensasi seperti jatuh, yang menyebabkan kita terbangun sebentar dengan gerakan yang menyentak, keadaan ini dinamakan tidur tahap pertama.Tidur tahap kedua ditandai dengan gelombang otak theta dengan disertai munculnya gelombang tunggal dengan amplitudo tinggi dan munculnya sleep spidle (jarum tidur, karena terlihat di monitor atau kertas perekam yang menunjukkan aktivitas otak). Pada tahap ini gerakan dan ketegangan otot menurun berlangsung sekitar 10 hingga 20 menit menandai permulaan tidur yang sebenarnya. Pada tahap ini seseorang biasanya tidak dapat merespon rangsang dari luar, dan rata-rata bila seseorang dibangunkan pada tahap ini akan merasa betul-betul telah tertidur.Tahap selanjutnya setelah 20–30 menit adalah memasuki tahap ketiga yaitu kombinasi theta dan delta (tegangan tinggi dengan frekuensi sangat rendah). Segera setelah tahap ke tiga ini dilanjutkan dengan tahap ke empat yaitu hilangnya sama sekali gelombang theta dan tinggal yang ada gelombang delta (δ) dengan 0,5–2 putaran per detik, amplitudo 100–200 mikrovolt.
Dalam tidur delta ini relaksasi otot terjadi sepenuhnya, tekanan darah menurun, denyut nadi dan pernafasan melambat. Pasokan darah ke otak berada pada batas minimal.Kondisi tidur normal ini tidak selamanya dirasakan oleh seseorang yang akan memasuki tidur.
GANGGUAN TIDUR
Gangguan dan kesulitan tidur seringkali mengganggu, baik ketika memasuki tahap pertama tidur ataupun ketika tidur berlangsung. Gangguan ini dapat terjadi karena adanya permasalahan psikis maupun fisik, yang dapat menimbulkan kesulitan seseorang untuk memasuki keadaan tenang. Keadaan cemas yang berlebihan akan menyebabkan otot-otot tidak dapat relaks dan pikiran tidak terkendali.
Gangguan tidur yang sering muncul dapat digolongkan menjadi 4 yaitu : (1) insomnia; gangguan masuk tidur dan mempertahankan tidur, (2) hypersomnia; gangguan mengantuk atau tidur berlebihan, (3) disfungsi kondisi tidur seperti somnabolisme, night teror, dan (4) gangguan irama tidur.
Adapula yang membagi masalah tidur yang biasa didapati adalah seperti berikut :
1. Insomnia;
2. Berdengkur dan Apnea;
3. Narcolepsy;
4. Sindrom Kaki Resah (Restless Leg Syndrome (RLS));
5. Masalah Pergerakan Anggota Berkala (Periodic Limb Movement Disorder (PLMD));
Insomnia
Insomnia berasal dari kata in artinya tidak dan somnus yang berarti tidur, jadi insomnia berarti tidak tidur atau gangguan tidur. Selanjutnya dijelaskan bahwa insomnia ada tiga macam, yaitu pertama, Initial Insomnia artinya gangguan tidur saat memasuki tidur. Kedua, Middle Insomnia yaitu terbangun di tengah malam dan sulit untuk tidur lagi. Ketiga, Late Insomnia yaitu sering mengalami gangguan tidur saat bangun pagi (Hawari, 1990).The Diagnostic and Statistical of Mental Disorder IV (DSM-IV) mendefinisikan gangguan insomnia primer adalah keluhan tentang kesulitan mengawali tidur dan/atau menjaga keadaan tidur atau keadaan tidur yang tidak restoratif minimal satu bulan terakhir (Espie, 2002).Menurut Hoeve (1992), insomnia merupakan keadaan tidak dapat tidur atau terganggunya pola tidur. Orang yang bersangkutan mungkin tidak dapat tidur, sukar untuk jatuh tidur, atau mudah terbangun dan kemudian tidak dapat tidur lagi. Hal ini terjadi bukan karena penderita terlalu sibuk sehingga tidak mempunyai kesempatan untuk tidur, tetapi akibat dari gangguan jiwa terutama gangguan depresi, kelelahan, dan gejala kecemasan yang memuncak.Insomnia adalah ketidakmampuan atau kesulitan untuk tidur. Kesulitan tidur ini bisa menyangkut kurun waktu (kuantitas) atau kelelapan (kualitas) tidur. Penderita insomnia sering mengeluh tidak bisa tidur, kurang lama tidur, tidur dengan mimpi yang menakutkan, dan merasa kesehatannya terganggu. Penderita insomnia tidak dapat tidur pulas walaupun diberi kesempatan tidur sebanyak-banyaknya.
Pada keadaan normal, dari pemeriksaan kegiatan otak melalui elektro-ensefalografi (EEG), sepanjang masa tidur terjadi fase-fase yang silih berganti antara tidur sinkronik dan tidur asinkronik. Pergantian ini kira-kira setiap dua jam sekali. Fase tidur sinkronik ditandai dengan tidur nyenyak, dengan tubuh dalam keadaan tenang. Fase tidur asinkronik ditandai dengan kegelisahan dan reaksi-reaksi jasmaniah lainnya, seperti gerakan-gerakan bola mata yang merupakan fase mimpi. Orang normal yang tidurnya terganggu pada fase asinkronik akan merasa jengkel, tidak puas, dan menjadi murung (schenck et al., 2003). Penderita insomnia mengalami gangguan dalam masa peralihan dan kualitas dari fase-fase tidur, terutama pada fase asinkronik. Dari penelitian ternyata bahwa saat yang dianggap penderita sebagai terjaga di malam hari sebenarnya merupakan fase-fase mimpi. Sebaliknya, beberapa masa tidur yang singkat sebenarnya merupakan tidur yang sesungguhnya Insomnia dikelompokkan dalam tiga tipe. Tipe pertama adalah penderita yang tidak dapat atau sulit tidur selama 1 sampai 3 jam pertama. Namun, karena kelelahan akhirnya tertidur juga. Tipe ini biasanya dialami penderita usia muda yang sedang mengalami kecemasan. Tipe kedua, dapat tidur dengan mudah dan nyenyak, namun setelah 2 sampai 3 jam tidur terbangun. Kejadian ini bisa berlangsung berulang kali. Tipe ketiga, penderita dapat tidur dengan mudah dan nyenyak, namun pada pagi buta dia terbangun dan tidak dapat tidur lagi. Ini biasa dialami orang yang sedang mengalami depresi. Insomnia adalah suatu gangguan tidur yang dialami oleh penderita dengan gejala-gejala selalu merasa letih dan lelah sepanjang hari dan secara terus menerus (lebih dari sepuluh hari) mengalami kesulitan untuk tidur atau selalu terbangun di tengah malam dan tidak dapat kembali tidur. Seringkali penderita terbangun lebih cepat dari yang diinginkannya dan tidak dapat kembali tidur. Ada tiga jenis gangguan insomnia, yaitu: susah tidur (sleep onset insomnia), selalu terbangun di tengah malam (sleep maintenance insomnia), dan selalu bangun jauh lebih cepat dari yang diinginkan (early awakening insomnia). Cukup banyak orang yang mengalami satu dari ketiga jenis gangguan tidur ini (Liu et al., 1999).
Insomnia adalah suatu gangguan tidur yang dialami oleh penderita dengan gejala-gejala selalu merasa letih dan lelah sepanjang hari dan secara terus menerus (lebih dari sepuluh hari) mengalami kesulitan untuk tidur atau selalu terbangun di tengah malam dan tidak dapat kembali tidur. Seringkali penderita terbangun lebih cepat dari yang diinginkannya dan tidak dapat kembali tidur. Ada tiga jenis gangguan insomnia, yaitu: susah tidur (sleep onset insomnia), selalu terbangun di tengah malam (sleep maintenance insomnia), dan selalu bangun jauh lebih cepat dari yang diinginkan (early awakening insomnia). Cukup banyak orang yang mengalami satu dari ketiga jenis gangguan tidur ini. Dalam penelitian dilaporkan bahwa di Amerika Serikat sekitar 15 persen dari total populasi mengalami gangguan yang berbentuk gangguan tidur dalam bentuk insomnia yang cukup serius.
Gangguan tidur insomnia merupakan gangguan yang belum serius jika anda alami kurang dari sepuluh hari. Untuk mengatasi gangguan ini kita dapat menggunakan teknik-teknik relaksasi dan pemrograman bawah sadar. Yang penting kita harus dapat menjaga keseimbangan frekuensi gelombang otak agar sesering mungkin berada dalam kondisi relaks dan meditatif sehingga ketika kita harus tidur kita tidak mengalami kesulitan untuk menurunkan gelombang otak pada pemeriksaan dengan EEG ke frekuensi delta.

Penyebab Insomnia
Insomnia bisa disebabkan berbagai faktor, di antaranya karena hormonal, obat-obatan, dan kejiwaan, bisa juga karena faktor luar misalnya tekanan batin, suasana kamar tidur yang tidak nyaman, ribut atau perubahan waktu karena harus kerja malam. Selain itu kopi dan teh yang mengandung zat perangsang susunan syaraf pusat, tembakau yang mengandung nikotin, obat pengurus badan yang mengandung amfetamin, adalah contoh bahan yang dapat menimbulkan kesulitan tidur. Banyak ahli menyatakan, gangguan tidur tidak langsung berhubungan dengan menurunnya hormone, namun kondisi psikologis dan meningkatnya kecemasan, gelisah, serta emosi yang sering tidak terkontrol akibat menurunnya hormon estrogen, bisa menjadi salah satu sebab meningkatnya risiko gangguan tidur.Morin (Espie, 2002) menyebutkan penyebab insomnia yang utama adalah adanya permasalahan emosional, kognitif, dan fisiologis. Ketiganya berperanan terhadap terjadinya disfungsi kognitif, kebiasaan yang tidak sehat, dan akibat-akibat insomnia.
Terapi Relaksasi untuk Mengurangi Gangguan Insomnia
Salah satu cara untuk mengatasi insomnia adalah dengan metode relaksasi (Woolfolk et al. 1983). Relaksasi adalah salah satu teknik di dalam terapi perilaku yang pertama kali dikenalkan oleh Jacobson, seorang psikolog dari Chicago yang mengembangkan metode fisiologis melawan ketegangan dan kecemasan. Teknik ini disebutnya relaksasi progresif yaitu teknik untuk mengurangi ketegangan otot (Levy dkk., 1984). Jacobson berpendapat bahwa semua bentuk ketegangan termasuk ketegangan mental didasarkan pada kontraksi otot (Sheridan dan Radmacher, 1992). Jika seseorang dapat diajarkan untuk merelaksasikan otot mereka, maka mereka benar-benar relaks. Latihan relaksasi dapat digunakan untuk memasuki kondisi tidur karena dengan mengendorkan otot secara sengaja akan membentuk suasana tenang dan santai. Suasana ini diperlukan untuk mencapai kondisi gelombang alpha yaitu suatu keadaan yang diperlukan seseorang untuk memasuki fase tidur awal. Dasar teori relaksasi adalah sebagai berikut: pada sistem saraf manusia terdapat sistem saraf pusat dan sistem saraf otonom. Fungsi sistem saraf pusat adalah mengendalikan gerakan-gerakan yang dikehendaki, misalnya gerakan tangan, kaki, leher, jari-jari, dan sebagainya. Sistem saraf otonom berfungsi mengendalikan gerakan-gerakan yang otomatis, misalnya fungsi digestif, proses kardiovaskuler, gairah seksual, dan sebagainya. Sistem saraf otonom terdiri dari sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis yang kerjanya saling berlawanan. Sistem saraf simpatis bekerja meningkatkan rangsangan atau memacu organ-organ tubuh, memacu meningkatnya detak jantung dan pernafasan, menurunkan temperatur kulit dan daya hantar kulit, serta akan menghambat proses digestif dan seksual. Sistem saraf parasimpatis menstimulasi turunnya semua fungsi yang dinaikkan oleh sistem saraf simpatis. Selama sistem-sistem tersebut befungsi normal dalam keseimbangan, bertambahnya akfivitas Sistem yang satu akan menghambat atau menaikan efek sistem yang lain. Pada waktu individu mengalami ketegangan dan kecemasan yang bekerja adalah sistem saraf simpatis, sedangkan pada waktu relaksasi yang bekerja adalah sistem saraf parasimpatis, dengan demikian relaksasi dapat menekan rasa tegang dan rasa cemas dengan cara resiprok, sehingga timbul counter conditioning dan penghilangan (Prawitasari, 1988).Apabila individu melakukan relaksasi ketika ia mengalami ketegangan atau kecemasan, maka reaksi-reaksi fisiologis yang dirasakan individu akan berkurang, sehingga akan merasa rileks. Apabila kondisi fisiknya sudah rileks, maka kondisi psikisnya juga tenang (Lichstein, et al. 1993).Teknik relaksasi sudah dikenal lama dan banyak digunakan dalam berbagai terapi baik terapi permasalahan fisik maupun psikologis. Ada beberapa jenis relaksasi yang sudah dikenal antara lain relaksasi progresif, relaksasi diferensial dan relaksasi via letting go.

Narcolepsy
Narcolepsy adalah gangguan tidur yang diakibatkan oleh gangguan psikologis dan hanya bisa disembuhkan melalui bantuan pengobatan dari seorang dokter ahli jiwa. Penyakit ini berbeda dengan insomnia yang terjadi secara terus menerus. Justru penderita narcolepsy ini terkena serangan secara mendadak pada saat yang tidak tepat, seperti sedang memimpin rapat – biasanya terjadi serangan pada kondisi emosi yang tegang seperti : marah, takut atau jatuh cinta. Serangan narcolepsy dapat melumpuhkan seseorang dalam beberapa menit ketika dia masih sadar dan secara tiba-tiba membawanya ke alam mimpi.


Hypersomnia
Gangguan ini adalah kebalikan dari insomnia. Seringkali penderita dianggap memiliki gangguan jiwa atau malas. Para penderita hypersomnia membutuhkan waktu tidur yang sangat banyak dari ukuran normal. Meskipun penderita tidur melebihi ukuran normal, namun mereka selalu merasa letih dan lesu sepanjang hari. Namun gangguan ini tidaklah terlalu serius dan dapat diatasi sendiri oleh penderita dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pengelolaan diri terhadap semua aktifitas kesehariannya secara baik.

Apnea
Apnea merupakan salah satu gangguan tidur yang cukup serius. Lebih dari 5 juta penduduk Amerika Serikat mengalami gangguan ini. Faktor risiko terkena gangguan ini antara lain : kelebihan berat badan (overweight), usia paruh baya terutama pada wanita, atau usia lanjut (lansia) yang pernah mengalami ketergantungan obat. Apnea adalah penyakit yang disebut juga ”to fall asleep at the wheel” karena sering dialami ketika penderita sedang mengemudikan mobil. Apnea terjadi karena fluktuasi atau irama yang tidak teratur dari denyut jantung dan tekanan darah. Ketika terserang, penderita seketika merasa mengantuk dan jatuh tertidur. Penderita apnea mengalami kesulitan bernafas bahkan berhenti bernafas pada saat tidur ketika terserang gangguan ini (dalam bahasa Jawa disebut ”tindihan”). Fluktuasi denyut jantung dan tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kematian seketika yang dapat terjadi pada sebagian besar penderita.

Masalah Anggota pergerakan Berkala atau dapat berupa perlaku yang menyimpang .
Gangguan tidur lainnya seperti berbicara atau berjalan dalam keadaaan tidur, ataupun menggertakkan gigi merupakan gangguan tidur yang tidak berbahaya. Namun berbahaya jika berjalan dalam tidur menemui obyek yang berbahaya (benda tajam, api, dll) atau terjatuh. Gangguan berbicara dalam tidur hanya akan mengganggu teman sekamarnya. Sedangkan menggertak gigi dapat merusak email gigi. Penyakit menggertakkan gigi geligi pada seseorang pada saat dalam kondisi tertidur ini disebut dengan bruxism.
Dengan mengetahui dan memahami berbagai jenis gangguan atau penyakit tidur kita dapat mengambil langkah yang diperlukan. Sepanjang masih bisa diatasi sendiri dengan teknik-teknik manajemen diri (relaksasi dan pemrograman bawah sadar, meditasi, dan pola hidup yang sehat dan seimbang), maka kita sebenarnya dapat menjadi bagian dari solusi masalah yang kita hadapi. Untuk gangguan atau penyakit yang serius seperti narcolepsy maupun apnea, kita harus berkonsultasi dengan dokter ahli, karena mengabaikan gangguan tersebut dapat berakibat fatal (mematikan) bagi penderita.


Akibat kurang tidur
Walaupun selama ini masalah tidur tidak dianggap sebagai masalah yang besar, kajian baru-baru ini menunjukkan bahawa masalah tidur boleh membawa kepada masalah jantung. Dalam satu kajian dari tempoh 1996 sehingga 1998, dan diterbitkan dalam journal "Occupational and Environmental Medicine" keluaran Juli, terdapat bukti bahawa risiko mengalami serangan jantung berganda bagi mereka yang bekerja lebih daripada 60 jam seminggu dan tidak tidur seperti normal. Kajian itu membabitkan 260 lelaki berusia antara 40 - 79 tahun yang dimasukkan kedalam hospital disebabkan serangan jantung kali pertama. Kajian tersebut turut membabitkan kumpulan kawalan seramai 445 orang seusia tanpa penyakit jantung.


PENYAKIT TIDUR
Penyakit tidur atau African trypanosomiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Trypanosoma dan ditularkan oleh lalat tsetse. Penyakit ini mewabah di berbagai negara Afrika, dan saat ini diperkirakan antara 50.000 sampai 70.000 menderita penyakit ini.
Gejala awal adalah demam, sakit kepala, dan sakit di sendi, pembengkakan kelenjar limfa, anemia, dan penyakit ginjal. Penderita kemudian mengalami perubahan siklus tidur di mana mereka merasa ngantuk di siang hari dan tidak dapat tidur di malam hari. Bila tidak dirawat, penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan sistem syaraf, koma, dan kematian. Selain gigitan lalat tsetse, penyakit ini dapat ditularkan dari ibu ke anak atau lewat transfusi darah.

OBAT TIDUR
Obat tidur (atau sedatif) dapat menyebabkan seseorang tenang dan tidur. Ada beberapa jenis obat tidur :
• Pil yang dapat membuat orang jatuh tertidur.
• Pil yang membantu orang tetap tertidur (tak terbangun semalaman).
• Pil yang menenangkan seseorang, tanpa membuatnya tertidur.
Beberapa obat tidur dapat bereaksi cepat, seperti 10-15 menit. Orang yang berpikir untuk menenggak obat tidur harus berkonsultasi dengan dokter, yang dapat memberikan obat tidur terbaik.
Sebagian besar obat tidur menyebabkan ketagihan, sehingga seseorang perlu resep obat dari dokter untuk mengkonsumsi obat tidur. Obat tidur jangan diminum dalam jangka panjang sebab menimbulkan ketagihan.
Orang yang biasa minum obat tidur bisa nampak sakit dan mengantuk. Karena obat tidur mempengaruhi kemampuan untuk bereaksi, ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan :
• Mengoperasikan mesin
• Mengendarai mobil
• Meminum MiRas (akan menyebabkan reaksi obat makin menjadi.)
Beberapa orang kecanduan obat tidur. Bila mencoba menghentikannya, mereka biasa mengalami hal berikut :
• Insomnia (tidak bisa tidur)
• Gelisah (merasa takut)
• Sawan
TIDUR NYAMAN / SLEEPING MIND
Sleeping Mind adalah berfikir (menjalankan fungsi otak secara optimal) sambil tidur (beristirahat secara fisik). Artinya manfaat yang diperoleh adalah sebagaimana lazimnya manfaat yang diperoleh seseorang sebagai hasil dari proses berfikir, seperti pemecahan masalah, memperoleh gagasan-gagasan baru atau menjawab pertanyaan serta persoalan. Karena dilakukan sambil tidur maka manfaat-manfaat tersebut dapat diperoleh tanpa harus menggunakan waktu khusus untuk berfikir atau merenung. Ibarat kata pepatah SAMBIL BERENANG MINUM AIR, sambil beristirahat kita berfikir, fisik yang letih kembali segar, sambil beberapa persoalan juga terselesaikan.
Jika dibandingkan dengan proses intelektual dan proses kreatif seperti biasanya, Sleeping Mind memiliki beberapa kelebihan. Selain efisien dalam hal pemanfaatan waktu, Sleeping Mind juga bersifat original dan genuine. Karena proses yang terjadi pada dasarnya adalah mengambil dan mengolah resource dan informasi yang ada pada diri kita sendiri, yang telah terekam dan ter-file rapi dalam bawah sadar kita. Sehingga hasil pemikiran Sleeping Mind juga bersifat Unique, dalam arti untuk suatu persoalan yang sama, bisa jadi masing-masing orang akan menemukan jawaban yang berbeda-beda, namun cocok dan sesuai dengan masing-masing orang tersebut.
LANGKAH-LANGKAH PRAKTIS SLEEPING MIND
Pejamkan mata Anda sekarang! Apa yang Ada lihat? HITAM. Sekarang pikirkan suatu benda, apapun benda itu asal konkrit! Sekarang pejamkan mata Anda! Apa yang Anda lihat? Ya, BENDA itu yang terlihat. Mengapa? Karena pikiran Anda sedang bekerja memikirkan benda itu.
Sleeping Mind bekerja pada gelombang otak sekitar gelombang Alpha-Theta, yaitu diantara gelombang Beta (normal, state of awareness) dan Delta. Yang terakhir ini adalah kondisi tertidur lelap dan otak kita sudah tidak dapat menerima rangsang atau informasi dari indera kita. Kalangan Hypnotist dan Hypnotherapist menyebut gelombang Alpha-Theta sebagai Hypnosis State atau Suggestible State. Karena itu agar otak dapat bekerja dalam kondisi Sleeping Mind, kita harus mempertahankan gelombang otak agar tetap berada di gelombang Alpha-Theta. Perlahan-lahan kita tinggalkan gelombang Beta, seperti saat biasanya kita mulai tertidur, namun bertahan agar tidak keterusan sampai ke Delta.
Berikut langkah-langkah praktis untuk mencapai Sleeping Mind
1. Persiapan
Paparkan issue atau permasalahan yang ingin kita bahas senyata dan sedetail mungkin dalam selembar kertas. Baca berulang-ulang sampai secara visual kita bisa membacanya tanpa kita melihat kertas itu lagi. Kalau perlu keraskan suara Anda saat sehingga secara auditori telinga kita bisa mendengarnya meskipun pada saat kita sudah tidak membacanya lagi. Biarkan kertas dan alat tulis tetap berada di dekat tempat tidur karena akan digunakan untuk sesegera mungkin mencatat output dari Sleeping Mind.
2. Memulai
Lakukan Relaksasi. Nyamankan diri Anda secara fisik. Gunakan pakaian yang longgar. Lemaskan otot-otot yang tegang dan kendurkan bagian-bagian tubuh yang terasa kaku. Lalu pejamkan mata dan rasakan kenyamanan di seluruh tubuh sampai kendur dan ringan. Lakukan Affirmasi “Aku lakukan Sleeping Mind. Badanku tidur dengan nyaman. Pikiranku berfungsi optimal untuk menemukan jawaban atas persoalan ….. (sebutkan issue yang akan Anda pikirkan).
Perlahan-lahan munculkan secara visual (sambil tetap memejamkan mata) gambaran issue yang telah Anda tuliskan di selembar kertas tadi. Visualkan senyata mungkin tulisan-tulisan Anda di depan mata Anda. Jika tadi Anda membacanya dengan suara keras, dengarkan kembali di telinga Anda suara ketika Anda membacanya tadi.
3. Memproses
Perlahan-lahan rasakan tubuh Anda semakin ringan dan visualisasi Anda mulai mengabur (tidak se”vivid” ketika Anda mulai melakukan visualisasi). Rasakan bahwa Anda mulai tidak bisa menggerakkan anggota badan Anda, seperti menggeser kaki, menggerakkan leher atau memindahkan tangan. Tapi Anda masih tetap mendengar suara yang masuk ke telinga Anda. Jaga agar Anda tetap bisa menangkap suara dari luar meskipun Anda sudah tidak dapat bereaksi lagi terhadap rangsang tersebut. Saat ini Anda sudah mulai masuk ke Sleeping Mind.
4. Memetik Hasil
Perlahan-lahan Anda akan mulai memperoleh hasil dari Sleeping Mind. Visual Anda akan menangkap gambar atau tulisan-tulisan lain yang merupakan jawaban dari persoalan-persoalan yang tadi Anda ajukan. Telinga Anda akan mulai mendengar suara yang merupakan gagasan-gagasan baru atas rencana-rencana Anda. Anda merasakan ada keinginan-keinginan untuk melakukan aktivitas yang merupakan langkah-langkah konkrit untuk meyelesaikan permasalahan Anda.
Jika Anda tiba-tiba terjaga dari tidur dan kontak dengan realita, sesegera mungkin catat apa yang terakhir Anda lihat, dengar atau rasakan sebagai hasil dari Sleeping Mind Anda. Karena ini berasal dari Unconscious, jika Anda tidak segera mencatatnya, bisa jadi Anda akan segera kehilangan. Cara lain untuk segera me-record hasil Sleeping Mind Anda adalah dengan menyiapkan alat perekam seperti Ipod atau Tape Recorder.
Proses ini bisa dilanjutkan kembali bilamana kita kembali melanjutkan tidur kita. Baik untuk issue yang sama maupun issue yang lain. Pada saat-saat awal kita melatih Sleeping Mind, bisa jadi saat bangun tidur tubuh kita merasa kurang nyaman. Mungkin terasa pegal, berat atau seperti gejala kurang tidur lainnya. Hal ini normal dan manusiawi karena tubuh kita membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan sesuatu yang terjadi di luar kebiasaan sehari-hari. Dengan latihan yang teratur dan berulang-ulang, seluruh tubuh kita akan berdamai dengan kebiasaan baru kita (parts integration), dan lama-kelamaan ikut menikmatinya pula.
Kalau boleh mengambil referensi, ada seorang tokoh nasional (bahkan internasional) bangsa kita yang piawai menjalankan Sleeping Mind ini. Entah dipelajari atau bakat bawaan, beliau (yang pernah menjadi Presiden RI ini) justru lebih cerdas dan produktif dalam berfikir dalam kondisi ini dibanding dalam kondisi terjaga. Hal ini dikemukakan oleh seorang rekan yang pernah menjadi orang dekat beliau karena pernah menjadi Staf Ahli Ibu Negara dan Anggota Tim Media dan Komunikasi Juru Bicara Kepresidenan.
Apa salahnya kita menggunakan teknik yang sama untuk memperolah hasil yang terbaik dalam hidup kita. Jika kita sudah punya intelekualitas kita yang biasa kita gunakan dalama keadaan sadar sebagai suatu senjata, maka kini saatnya kita gunakan senjata lain yang belum kita manfaatkan secara optimal, yaitu menggunakan kecerdasan intelektual kita dalam keadaan tidur yaitu dengan menggunakan teknik Sleeping Mind. Bukankah memiliki dan menggunakan 2 senjata lebih baik ketimbang hanya mengandalkan 1 senjata? Selamat mengoptimalkan pikiran sambil menikmati tidur.





ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR
Pengkajian :
1. Pemeriksaan Fisik :
• Mempunyai mata yang bengkak pada palberae disebabkan kekurangan tidur.
• Sering mendapat masalah kesehatan seperti kejang otot, sakit perut, pening, dan lain-lain.
• Adanya perubahan pada tanda vital : demam, hipo/hypertensi, nadi cepat dan lemah.
2. Wawancara :
• Sering merasa letih dan tertekan pada waktu pagi dan malam.
• Sering tertidur ketika berada dikhalayak ramai.
• Kurang aktif dan kurang mempunyai hubungan sosial.
• Sukar untuk menumpukan kepada isu yang dibincangkan dan fikiran sering menerawang kepada pekara lain (sulit berkonsentrasi).
• Sukar tidur, sering terjaga malam, atau terjaga terlalu awal.
• Takut waktu tidur kerana risau susah tidur.
• Mudah tersinggung.
• Mengambil obat-obatan dalam beberapa bulan kebelakangan ini.
• Sering menggunakan rokok, alkohol, ubat untuk menenangkan diri sebelum tidur.
• Ketagihan kepada obat penenang.
Diagnosa, Intervensi Keperawatan :

1. Gangguan rasa nyaman : pusing (vertigo); berdebar, nyeri kepala berhubungan dengan adanya perubahan fisiologis tubuh akibat hypoksia mesensephalon.
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri otot, nyeri perut berhubungan dengan penurunan metabisme tubuh dan peningkatan asam lambung.
3. Gangguan aktifitas sehari – hari berhubungan dengan kelemahan fisik, letih, nyeri otot.
4. Gangguan persepsi sensori : penurunan konsentrasi berhubungan dengan penurunan aktifitas memori otak.
5. Gangguan komunikasi sosial berhubungan dengan kelemahan fisik; ketidaknyamanan fisik; ketidakmampuan berkonsentrasi.
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan fragmentasi tidur, sering terjaga; nyeri; lingkungan yang tidak nyaman, etc. Ditandai dengan :
• Cemas;
• Lemah, letih;
• Kegelisahan; bingung;
• Tidak konsentrasi dan halusinasi;
• Terjaga dalam waktu lama; waktu tidur sedikit/sebentar;
• Jumlah waktu tidur kurang dari setengahnya dibanding orang normal.
Kriteria hasil :
• Waktu tidur pasien sama dengan orang normal;
• Pasien dapat tertidur nyenyak selama 90 menit pertama tanpa gangguan;
• Pasien tidak mengeluh adanya halusinasi, ilusi;
• Orientasi pasien baik terhadap waktu, tempat dan orang.

Intervensi Keperawatan :
• Lakukan pengkajian serta pengawasan terhadap segala keluhan tidur dan istirahat pasien.
• Kaji pola tidur pasien normal dan adanya riwayat gangguan tidur kronikpada pasien;
• Minimalkan adanya gangguan yang membuat pasien terjaga saat tidur pada 90 menit pertama tahap tidur;
• Perbaiki dan jaga lingkungan dan kondisi yang nyaman untuk persiapan tidur pasien;
• Buat kondisi pasien senyaman mungkin dalam mempersiapkan dan selama tidur dengan meminamalisir rangsang sensori yang ada, seperti nyeri, cemas, stress, halusinasi, dll.
• Jika dperlukan berikan obat tidur atas indikasi dan olaborasi dengan dokter.
• Berikan makanan dan minuman yang mengandung tryptophan (misalnya susu hangat atau turkey) yang dapat meningkatkan efek tidur.
• Lakukan tindakan yang bisa menyamankan pasien, misalnya mendongeng, masase, dl.

Kesimpulan
Tidur adalah kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi, gangguan tidur yang sering muncul adalah insomnia. Insomnia adalah suatu gangguan tidur yang dialami oleh penderita dengan gejala-gejala selalu merasa letih dan lelah sepanjang hari dan secara terus menerus (lebih dari sepuluh hari) mengalami kesulitan untuk tidur atau selalu terbangun di tengah malam dan tidak dapat kembali tidur. Seringkali penderita terbangun lebih cepat dari yang diinginkannya dan tidak dapat kembali tidur. Ada tiga jenis gangguan insomnia, yaitu: susah tidur (sleep onset insomnia), selalu terbangun di tengah malam (sleep maintenance insomnia), dan selalu bangun jauh lebih cepat dari yang diinginkan (early awakening insomnia). Cukup banyak orang yang mengalami satu dari ketiga jenis gangguan tidur ini. penyebab insomnia yang utama adalah adanya permasalahan emosional, kognitif, dan fisiologis. Salah satu cara untuk mengatasi insomnia adalah dengan metode relaksasi. Latihan relaksasi dapat digunakan untuk memasuki kondisi tidur karena dengan mengendorkan otot secara sengaja akan membentuk suasana tenang dan santai. Suasana ini diperlukan untuk mencapai kondisi gelombang alpha yaitu suatu keadaan yang diperlukan seseorang untuk memasuki fase tidur.
















DAFTAR PUSTAKA
Kedja, M. 1990. Fisiologi Tidur, Majalah Jiwa Th. XXV :2
Espie. Colin A. 2002.Insomnia : Conceptual Issue in the Development, Persistence, and Treatment of Sleep Disorder in Adult. Annual Reviews 53:21543
http://www.republika.co.id/suplemen/cetak
Lichstein, Kenneth L., Johnson, Ronald S., 1993. Relaxation for Insomnia and Hypnotic Medication Use in Older Women. Psychology and Aging vol 8 No. 1 103-111
Borkovec TD,. 1982. Insomnia. Journal of Consulting and Clinical Psychology. Vol 50, No 6 880-895
Guyton, Arthur, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Textbook of Medical Physiology), EGC, Jakarta, 945-949.
Panteri, IGP. 1993. Gangguan Tidur Insomnia dan Terapinya Suatu Kajian Pustaka. Majalah Ilmiah Unud th xx No 37.
Woolfolk, Robert L., McNulty Terrence F. 1983. Relaxation Treatment for Insomnia: A Componen Analysis. Journal of Consulitng and clinical Psychology. Vol 51 No 4, 495-503
Schenck, Carlos H. Mahowald, Mark. Sack, Robert., 2003, Assesment and Management of Insomnia, JAMA vol 289. No 19
Liu. Xianchen et al. 2000. Sleep Loss and Day Time Sleepiness in the General Adult Population of Japan Psychiatric research 93 1-11
Urden, Linda, 2000, Priority ini Critical care Nursing, 3RD Edition, Mosby, St Luis Philadelphia, 458-459.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar