Kamis, 03 Februari 2011

SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT (SIMRS)

SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT

1. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai suatu lembaga sosial yang memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, memiliki sifat sebagai suatu lembaga yang tidak ditujukan untuk mencari
keuntungan atau non profit organization. Walaupun demikian kita tidak dapat menutup mata
bahwa dibutuhkan aiatem informasi di dalam intern rumah sakit.
Rumah Sakit sebagai salah satu organisasi pelayanan di bidang kesehatan telah memiliki
otonomi,sehingga pihak rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang sebaikbaiknya
dengan manajemen yang seefektif mungkin. Hal ini disebabkan oleh setiap
pengambilan keputusan yang tidak tepat akan berakibat pada inefisiensi dan penurunan
kinerja rumah sakit.
Hal tersebut dapat menjadi kendala jika informasi yang tersedia tidak mampu
memberikan informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan. Kecanggihan
teknologi bukan merupakan suatu jaminan akan terpenuhinya informasi, melainkan sistem
yang terstruktur, handal dan mampu mengakodomodasi seluruh informasi yang dibutuhkan
yang harus dapat menjawab tantangan yang dihadapi.
Integrasi Sistem Informasi Rumah Sakit merupakan applikasi yang di develop untuk
kebutuhan management Rumah Sakit baik swasta maupun negeri, dimana sistem ini sudah di
dukung dengan fitur dan modul yang lengkap untuk operasional Rumah Sakit
Dengan adanya applikasi ini di harapkan dapat membantu operasional rumah sakit dan
dapat meningkatkan pelayanan rumah sakit.
2. Tujuan
Tujuan pengembangan sistem informasi ini tak lain adalah untuk :
1. Mengembangkan dan memperbaiki sistem yang telah ada sehingga memberikan suatu nilai
tambah bagi manajemen;
2. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam rangka pengelolaan rumah sakit;
3. Memberikan dasar pengawasan bagi manajemen yang kuat dalam bentuk suatu struktur
pengendalian intern didalam sistem yang dikembangkan.
3. Ruang Lingkup Sistem Informasi Kesehatan
Ruang lingkup Aplikasi Sistem Informasi Kesehatan, mencakup pengelolaan
informasi dalam lingkup manajemen pasien (front office management). Lingkup ini antara
lain sebagai berikut:
1. Registrasi Pasien, yang mencatat data/status pasien untuk memudahkan pengidentifikasian
maupun pembuatan statistik dari pasien masuk sampai keluar. Modul ini meliputi
pendaftaran pasien baru/lama, pendaftaran rawat inap/jalan, dan info kamar rawat inap.
2. Rawat Jalan/Poliklinik yang tersedia di rumah sakit, seperti: penyakit dalam, bedah, anak,
obstetri dan ginekologi, KB, syaraf, jiwa, THT, mata, gigi dan mulut, kardiologi,
radiologi, bedah orthopedi, paru-paru, umum, UGD, dan lain-lain sesuai kebutuhan.
Modul ini juga mencatat diagnose dan tindakan terhadap pasien agar tersimpan di dalam
laporan rekam medis pasien.
3. Rawat Inap. Modul ini mencatat diganosa dan tindakan terhadap pasien, konsultasi dokter,
hubungan dengan poliklinik/penunjang medis.
4. Penunjang Medis/Laboratorium, yang mencatat informasi pemeriksaan seperti: ECG, EEG,
USG, ECHO, TREADMIL, CT Scan, Endoscopy, dan lain-lain.
5. Penagihan dan Pembayaran, meliputi penagihan dan pembayaran untuk rawat jalan, rawat
inap dan penunjang medis (laboratorium, radiologi, rehab medik), baik secara langsung
maupun melalui jaminan dari pihak ketiga/asuransi/JPKM. Modul ini juga mencatat
transaksi harian pasien (laboratorium, obat, honor dokter), daftar piutang, manajemen
deposit dan lain-lain.
6. Apotik/Farmasi, yang meliputi pengelolaan informasi inventori dan transaksi obat-obatan.
Melalui lingkup manajemen pasien tersebut dapat diperoleh laporanlaporan mengenai:
1. Pendapatan rawat inap dan jalan secara periodik (harian, bulanan dan tahunan),
2. Penerimaan kasir secara periodik,
3. Tagihan dan kwitansi pembayaran pasien,
4. Rekam medis pasien,
5. Data kegiatan rumah sakit dalam triwulan
6. Data morbiditas pasien rawat inap
7. Data morbiditas pasien rawat jalan
8. Data morbiditas penyakit khusus pasien rawat inap
9. Data morbiditas penyakit khusus pasien rawat jalan
10. Penerimaan kasir pada bagian farmasi/apotik,
11. Pembelian kasir pada bagian farmasi/apotik,
12. Manajemen ketersediaan obat pada bagian farmasi/apotik,
13. Grafik yang menunjang dalam pengambilan keputusan.
Untuk memudahkan penyajian informasi tersebut, maka laporan-laporan tersebut
dapat diekspor ke berbagai macam format antara lain:
1. Comma separated value (CSF),
2. Data Interchange Format (DIF),
3. Excel (XLS versi 2.1, 3.0, 4.0, 5.0, dan 5.0 tabular),
4. HTML 3.0 (draft standard), 3.2 (extended & standard),
5. Lotus 1-2-3 (WK1, WK3, WK5),
6. ODBC,
7. Rich Text Format (RTF),
8. ext,
9. Word for Windows Document.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi kesehatan merupakan
sebuah sarana sebagai penunjang pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat.
Sistem informasi kesehatan yang efektif memberikan dukungan informasi bagi proses
pengambilan keputusan di semua jenjang, bahkan di puskesmas atau rumah sakit kecil
sekalipun. Bukan hanya data, namun juga informasi yang lengkap, tepat, akurat, dan cepat
yang dapat disajikan dengan adanya sistem informasi kesehatan yang tertata dan terlaksana
dengan baik.
Function
a. Subsistem Layanan Kesehatan, yang mengelola kegiatan layanan kesehatan.
b. Subsistem Rekam Medis, yang mengelola data pasien.
c. Subsistem Personalia, yang mengelola data maupun aktivitas tenaga medis maupun tenaga
administratif rumah sakit.
d. Subsistem Keuangan, yang mengelola data-data dan transaksi keuangan.
e. Subsistem Sarana/Prasarana, yang mengelola sarana dan prasarana yang ada di dalam
rumah sakit tersebut, termasuk peralatan medis, persediaan obat-obatan dan bahan habis
pakai lainnya.
f. Subsistem Manajemen Rumah Sakit, yang mengelola aktivitas yang ada didalam rumah
sakit tersebut, termasuk pengelolaan data untuk perencaan jangka panjang, jangka pendek,
pengambilan keputusan dan untuk layanan pihak luar.
Ke 6 subsistem tersebut diatas kemudian harus dijabarkan lagi ke dalam modul-modul
yang sifatnya lebih spesifik. Subsistem Layanan Kesehatan dapat dijabarkan lebih lanjut
menjadi:
a. Modul Rawat Jalan, yang mengelola data-data dan aktivitas layanan medis rawat jalan.
b. Modul Rawat Inap, yang mengelola data-data dan aktivitas layanan medis rawat inap.
c. Modul Layanan Penunjang Medis, termasuk didalamnya tindakan medis, pemeriksaan
laboratorium

MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PENDIDIKAN

MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PENDIDIKAN

Manajemen yang secara umum artinya pengendalian dan pemanfaatan semua faktor dan
sumber daya yang diperlukan untuk mencapai atau menyelesaikan suatu prapta (objective)atau tujuan-tujuan tertentu Atmosudirdjo (1986:158). Sedangkan menurut Siagian (1989:5)manajemen dapat didefinisikan sebagai kemampuan atau ketrampilan untuk memperolehsesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain. menurutTerry dalam Manullang (2005:1) manajemen adalah pencapaian tujuan yang ditetapkanterlebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang lain. Jadi dapat disimpulkanmanajemen adalah suatu pengendalian dan pengawasan kegiatan / aktivitas orang ataukelompok orang dalam mencapai suatu tujuan tertentu.

Sistem adalah seperangkat komponen yang saling berhubungan dan saling bekerjasama
untuk mencapai beberapa tujuan. Sebuah sistem terdiri dari bagian–bagian saling berkaitanyang beroperasi bersama untuk mencapai beberapa sasaran, berarti sebuah sistem bukanlahseperangkat unsur yang tersusun secara tak teratur, tetapi terdiri dari unsur yang dapat dikenalsebagai bagian yang saling melengkapi karena mempunyai sasaran dan tujuan yang sama.Informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagipenerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang.

Menurut UU No. 20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkanpotensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsadan negara.

Sedangkan pendidikian pada dasarnya adalah proses komunikasi yang di dalamnya
mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan, di dalamdan di luar sekolah yang berlangsung sepanjang hayat, dan generasi ke generasi.
Manajemen sistem informasi pendidikan adalah sistem yang didisain untuk kebutuhan
manajemen dalam upaya mendukung fungsi-fungsi dan aktivitas manajemen pada suatu
organisasi pendidikan. Maksud dilaksanakannya manajemen sistem informasi pendidikan
adalah sebagai pendukung kegiatan fungsi manajemen seperti planning, organizing, staffing,directing, evaluating, coordinating, dan budgeting dalam rangka menunjang tercapainya sasaran dan tujuan fungsi-fungsi operasional dalam organisasi pendidikan.

Dalam kenyataannya, sistem informasi sering dikaitkan dengan teknologi, dengan
komputer khususnya. Sesungguhnya yang dimaksud sistem informasi tidak harus melibatkankomputer, sistem informasi yang menggunakan komputer biasa disebut sistem informasiberbasis komputer (computer based information system atau CBIS), tetapi dalam prakteknya sistem informasi lebih sering dikait-kaitkan dengan komputer. Berikut beragam definisi sistem informasi :
1. Turban, McLean, dan Wetherbe (1999)
Sistem informasi adalah sebuah sistem informasi yang mempunyai fungsi mengumpulkan,
memproses, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi untuk tujuan yang
spesifik.
2. Bodnar dan HopWood (1993)
Sistem informasi adalah kumpulan perangkat keras dan lunak yang dirancang untuk
mentransformasikan data ke dalam bentuk informasi yang berguna.
3. Alter (1992)
Sistem informasi adalah kombinasi antara prosedur kerja, informasi, orang, dan teknologiinformasi yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan dalam sebuah perusahaan.

Pada dasarnya suatu sistem informasi dibangun dengan beberapa tahap pengembangan
serta melibatkan sumber daya dari beberapa disiplin ilmu yang berbeda, baik sisi manajemen,teknologi informasi, keuangan, dan lain sebagainya. Salah satu hasil produk pembangunansistem informasi adalah suatu perangkat lunak yang terpadu, ditambah dengan tata aturanyang diterapkan untuk mengelola sistem sehingga tujuan dari suatu sistem dapat tercapai.

Pembangunan suatu sistem informasi baik dalam skala besar maupun kecil, tetap
membutuhkan langkah-langkah tersusun dan terkoordinasi karena pembangunan sistem
informasi merupakan suatu proyek pengembangan memiliki tujuan sehingga sistem informasidapat berjalan dengan baik.
Sistem informasi memiliki 5 komponen utama pembentuk yaitu :
1. Komponen Perangkat Keras (Hardware)
2. Komponen Perangkat Lunak (Software)
3. Komponen Sumber Daya Manusia (Brainware)
4. Komponen Jaringan komputer (Netware)
5. Komponen Sumber Daya Data (Dataware)
Ide membangun sistem informasi pada dasarnya merupakan ide ringan akan tetapi
dengan keterlibatan beberapa unsur yang mendukung atas pembangunan tersebut, ide tersebutakan berkembang menjadi kompleks ataupun sangat kompleks.
Agar kita dapat mengembangkan ide sistem informasi tersebut menjadi suatu karya maka
jawabannya adalah ide tersebut perlu dikembangkan dengan dukungan perangkat
pengembangan sistem informasi, serta perlu mengembangkan ide tersebut dalam tahap-tahap pembangunan sistem informasi.
Seperti yang kita ketahui ide membangun sistem informasi sekolah sangat erat dengan
konsep dasar dari sistem pendidikan. Di Indonesia, sistem pendidikan menurut Undangundangnomor 20 tahun 2003 dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencanauntuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan jenjang pendidikan yang di dapat terdiri atas 3 (tiga) klasifikasi yaitu
pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi. Jenjang pendidikan dasar yang kita
ketahui terdiri atas pendidikan sekolah dasar / Madsarah Ibtidaiyah dan sekolah tingkat pertama / Madrasah tsanawiyah. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan, sedang bentuk dari Pendidikan menengah dapat berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.Adapun Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

Nah, sekarang bagaimana kita mendefinisikan konsep atas ide kita yaitu membangun
sistem informasi pendidikan karena dari masing-masing jenjang pendidikan tersebut di atas,pendekatan atas sistem informasi tentu akan berbeda, karena peraturan yang memayungi masing-masing jenjang pendidikan tersebut tentunya berbeda yang masing-masing dikelola oleh suatu peraturan pemerintah. Mari kita definisikan satu saja jenjang pendidikan yang akan kita wujudkan menjadi
suatu sistem aplikasi yaitu : Bagaimana membangun sistem informasi pendidikan menengah,yaitu Bagaimana sistem informasi pendidikan menengah dapat kita implementasi baik diSekolah Menengah Atas ataupun kejuruan seperti Madrasah Aliyah atau Sekolah MenengahKejuruan.

Dari konsep dasar tersebut di atas, dapat kita melihat bahwa untuk suasana belajar dan
proses pembelajaran terdapat 3 (tiga) hal penting yaitu :
1. Adanya Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensidiri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikantertentu.
2. Adanya mata pelajaran yang akan di pelajari, dan
3. Adanya Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.

Dengan demikian kita akan melihat 3 (tiga) domain utama, yang apabila digambarkan
secara sederhana dalam bentuk himpunan dan irisan himpunan maka akan terbentuk sebagai berikut :

Gambar 1. himpunan relasi antar domain
Dari himpunan relasi antar domain proses pembelajaran, terlihat beberapa hubungan yang
teriris antar domain tersebut seperti :
1. Bahwa hubungan himpunan guru terhadap murid akan berupa suatu bimbingan dan
counseling;
2. Hubungan antara guru dengan mata pelajaran akan berbentuk kebutuhan akan silabus
pembelajaran atau garis-garis besar haluan pembelajaran.
3. Hubungan antara siswa dengan mata pelajaran akan berbentuk rencana belajar yang ingin di ambil masing-masing tingkat pembelajaran; serta
4. Hubungan antara ketiga domain tersebut akan berbentuk pertemuan dan tatap muka saat proses belajar dilaksanakan.
Domain utama dari unsur proses belajar tersebut di atas, tentunya akan memiliki batas yang menaunginya yaitu :
1. Peran orang tua siswa yang dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu unsur yang memberikan arahan bagi siswa dalam menyelesaikan proses belajarnya. Adapun fungsi kontrol atas proses belajar dan mengajar ini peran orang tua siswa di wujudkan menjadi suatu komite sekolah yang tugas dan fungsinya mengontrol semua sistem yang terdapat di sekolah, dari pihak eksternal, serta mempromosikan sekolah ke lingkungan luar sekolah, melakukan rapat dengan para orang tua siswa baik di awal penerimaan siswa baru maupun rapat yang ada kaitannya di luar sekolah.
2. Peran Depdiknas
3. Lingkungan sekolah yang merupakan batas yang dapat memberikan kontribusi langsung
maupun tidak langsung terhadap kualitas pendidikan tersebut.
4. Sarana dan Prasarana yang ada di sekolah tersebut dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan sistem yang ada disekolah tersebut, dan merupakan salah satu pendukung perkembangan sekolah.
5. Standarisasi dan pengawasan merupakan salah satu point penting yang memberikan
dukungan sistem sekolah ke arah yang lebih baik.
6. Dana Pendidikan
Dari tahapan pendefinisian ide tersebut di atas, dapat dilihat bahwa dari suatu ide
sederhana yaitu membangun sistem informasi sekolah dapat menjadi berubah menjadi suatu konsep yang kompleks.
Menurut sumber lain, dunia pendidikan Indonesia, ternyata masih banyak sekali yang
belum bisa merasakan apa itu pendidikan. Hal yang menarik adalah ketatnya peraturan
pemerintah mengenai standarisasi nilai kelulusan yang setiap tahunnya selalu naik, ide yang bagus untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia, tapi mereka yang duduk di sana tidak menoleh ke belakang apa yang seharusnya dibutuhkan masyarakat.
“Seandainya saya diangkat sebagai Mentri Depertemen Perencanaan dan Perancangan Sistem Informasi Nasional. Saya akan mengubah Sistem pendidikan yang ada di indonesia menjadi Sistem Informasi Pendidikan Terkomputerisasi”(Penulis artikel dari sumber yang bersangkutan). Ada beberapa hal yang menarik yang perlu kita pertimbangkan, Yaitu :
1. Metode pelajaran yang berbeda antara di kota dan di desa.
2. Kurangnya pemerataan pendidikan.
3. Banyak kebijakan/aturan pendidikan yang mengalami perubahan yang tidak jelas.
4. Dunia pendidikan sangat tertinggal dibandingkan dengan perkembanan teknologi
dinformasi dalam perkembangan zaman.
5. Metode pembelajaran yang masih baku dalam arti pelajar masih kurang komunikatif dan inspiratif dalam mengemukakan komentarnya. Pelajar hanya mendengarkan dan selalu
berorientasi hanya kepada guru saja.
6. Tidak adanya pertukaran informasi, pengetahuan dan sumber daya antara sekolah yang satu dengan yang lainnya (tidak adanya networking dalam membangun dunia
pendidikan).
7. Kurangnya fasilitas sarana dan prasarana pendidikan yang berbasis teknologi.
8. Sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan belum mempunyai
kemampuan multi dimensi yang dapat merangsang multi intelensia pelajar.
Untuk itu diperlukan satu wadah yang mampu menampung Aspirasi tersebut. Suatu
lembaga pendidikan yang mampu mengatasi persoalan masyarakat. Lembaga yang ditunjuk
yang berada dipusat.
Inspirasi yang timbul dalam diri saya adalah setiap sekolah diberikan fasilitas teknologi komputerisasi yang nantinya akan membangun suatu situs web masing-masing sekolah. Web ini akan berisikan keadaan sekolah baik secara fisik maupun non fisik, sarana dan prasarana saat ini termasuk teknologinya, jumlah guru dan murid sehingga setiap sekolah nantinya bisa bertukar informasi satu sama lainnya.
Selanjutnya situs web ini akan ditampung dalam satu server yang terletak di provinsi
masing-masing yang terhubung dengan daerahnya. Kemudian seluruh propinsi ini
mengumpulkan situs web sekolah ke lembaga yang ditunjuk tadi sehingga terkumpul menjadi satu web nasional. Disinilah Link seluruh sekolah yang ada di Indonesia, disini pulalah kita bisa bertukar informasi mengenai sekolah masing-masing.
Dari pembahasan mengenai istilah manajemen sistem informasi ini, kita bisa mengetahui aspek-aspek yang diperlukan dalam membangun sistem tersebut.

Sumber :
Davis, G., and M. Olson, Management Information Systems, 1984.Manajemen
Pendidikan Indonesia.
http://visiquantum.blogspot.com/2008/08/manajemen-sistem-informasi-pendidikan.html
http://www.rekasel.com/download/Simpedu.pdf
http://www.vitraining.com/products/CIVITAS2x%20%20Academic%20Information%20S
ystem/Brosur%20Civitas2x.pdf
http://oyowartoyo.files.wordpress.com/2008/07/msp304-tugas-1-kebijakan-manajemensistem-
pendidikan1.pdf
http://www.cs.ui.ac.id/staf/zhasibua/2007003.pdf
http://pdfdatabase.com/download_file_i.php?qq=pengertian%20manajemen%20sistem%
20informasi%20pendidikan&file=13086126&desc=Draft+Sistem+Informasi+.doc
http://www.ditplb.or.id/files/SI_PLB.pdf
http://www.scribd.com/doc/3846099/MANAJEMEN-SISTEM-EVALUASI-PENDIDIKAN
http://mmt.its.ac.id/library/?p=4767
http://www.scribd.com/doc/8336496/Analisis-Peranan-Sistem-Informasi-Manajemen-
Berbasis-Komputer-Dalam-Proses-Pengambilan
http://mugi.or.id/blogs/oke/archive/2008/09/12/membangun-sistem-informasipendidikan-
bagian-i-dari-banyak-tulisan.aspx
http://cumyzigar.blogspot.com/2008/01/sistem-informasi-pendidikan.html
http://blog.re.or.id/konsep-dasar-sistem-informasi-definisi-sistem-informasi.htm

Sumber : Wahyu Widianingsih, UNY 2009

SISTEM INFORMASI AKADEMIK BERBASIS SMS (SHORT MESSAGE SERVICE)

Sistem Informasi Akademik
Berbasis SMS (Short Message Service)


Pendidikan merupakan hal yang penting sekali bagi ketahanan maupun
peningkatan kualitas hidup setiap masyarakat. Proses pendidikan dapat
terlaksana dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah proses pengajaran di
lembaga pendidikan.
Perkembangan teknologi telekomunikasi dan informatika saat ini semakin
mempermudah manusia dalam mengakses informasi. Salah satunya layanan
informasi menggunakan SMS (Short Message Service). Layanan informasi ini
memberikan kemudahan dalam memperoleh informasi nilai ataupun keuangan
dengan cepat, dapat diakses dari mana saja dan kapan saja.
Dengan Sistem Informasi Akademik Berbasis SMS, mahasiswa dengan
sangat mudah bisa mengetahui Nilai Mata Kuliah, Indeks Prestasi dan IPK dalam
hitungan detik dan tanpa melalui birokrasi. Mahasiswa cukup kirim SMS maka
sistem SMS Akademik akan membalas SMS secara langsung. Informasi yang
diberikan kepada mahasiswa via SMS Akademik adalah : Nilai Mata Kuliah, IP,
IPK.

1. SMS (SHORT MESSAGE SERVICE)
Short Message Service (SMS) adalah salah satu tipe Instant Messaging
(IM) yang memungkinkan user untuk bertukar pesan singkat kapanpun,
walaupun user sedang melakukan call data/suara. SMS dihantarkan pada
channel signal GSM (Global System for Mobile Communication) spesifikasi teknis
ETSI. SMS juga digunakan pada teknnologi GPRS dan CDMA. SMS menjamin
pengiriman pesan oleh jaringan, jika terjadi kegagalan pesan akan disimpan
dahulu di jaringan, pengiriman paket SMS bersifat out of band dan menggunakan
bandwidth rendah.
a. Arsitektur SMS
SMS dimaksudkan untuk menjadi alat pertukaran informasi antara
dua mobile subscriber. Elemen-elemen utama pada arsitektur SMS terdiri
dari Short Message Entity (SME), SMS Service Centre (SMSC) dan Email
Gateway yang terkoneksi dengan elemen-elemen pada GSM sebagai
channel penghantar. Berikut ini adalah gambar arsitektur SMS pada
jaringan GSM.




Gambar SMS pada jaringan GSM

Gambar berikut ini menunjukkan dua GSM network dan komponen yang
relevan untuk menyampaikan pesan dari end user A ke end user B :


Gambar Susunan Jaringan dan Aliran Message
�� SMS dikirim melalui MSC/VLR ke SMSC di PLMN (Public Land Moile
Network) A. Ini merupakan sebuah pesan MAP “forward SM”, termasuk
nomor MSISDN asal A dan MSISDN tujuan B.
�� Karena end user B berada di PLMN B, SMSC harus merouting
informasi dari HLR PLMN B. Untuk melakukannya, SMSC mengirim
MAP “send routing info for SM” dengan nomor MSISDN B.
�� HLR mengirim kembali IMSI dari end user B dan VLR nya
�� SMSC mengirim SMS sebagai MAP message melalui MSC/VLR ke end
user B.
b. Basic Features SMS
SMS mempunyai beberapa basic feature, seperti :
1) Message Submission and Delivery
Terdiri dari message sending dan message delivery. Pada message
sending, pesan dikirm dari MS ke SMSC, dialamatkan ke SME lain
sebagai mobile user lain atau host internet. Originator (asal) SME
menentukan validity period dari pesan tersebut, pesan yang sudah
tidak valid lagi akan dihapus oleh SMSC sepanjang pengiriman
pesan. Fitur ini dikenal sebagai Short Message-Mobile Originated
(SM-MO).
Pada message delivery, pesan disampaikan oleh SMSC ke MS.
Dikenal sebagai Short Message Mobile Terminated (SM-MT). SM-MO
dan SM-MT dapat dikirim / diterima saat voice call atau koneksi data
sedang berlangsung. Pada GSM pesan dikirim pada channel
SDCCH/SACCH, pada GPRS pesan dikirim pada channel PDTCH.
2) Status Report
SME asal (originator) meminta status report pada pengiriman pesan
singkat ke SME penerima (recipient). Status report memberikan
indikasi pada user asal apakah pesan terkirim dengan sukses atau
tidak kepada SME penerima.
3) Reply Path
Replay Path dapat diatur oleh SME asal (atau SMSC serving) untuk
mengindikasikan bahwa SMSC serving dan mampu untuk
menghandle secara langsung reply dari SME penerima.
c. Ancaman Keamanan SMS
SMS bukan merupakan pilihan terbaik untuk komunikasi yang
aman. Kebanyakan user tidak menyadari betapa mudahnya mencuri isi
sebuah pesan. Spesifikasi dan teknologi mendasar dari SMS masih
banyak terdapat celah keamanan yang menyebabkan SMS bukan
merupakan jalur aman untuk pertukaran informasi. Dibutuhkan channel
komunikasi yang aman yang mempertimbangkan solusi encrypted end to
end pada perangkat dengan fitur keamanan sebagai fitur tambahan.
1) Keterbatasan keamanan pada GSM
Keterbatasan keamanan pada GSM sebagai teknologi carrier SMS
menjadi salah satu ancaman keamanan pada SMS. Terdapat caracara
untuk menguping pada GSM call. Call ini hanya dienkripsi dan
didekripsi antara BTS dan MS, elemen jaringan yang lain hampir
tidak terproteksi sama sekali. Jika seorang penyusup mempunyai
akses ke jaringan SS7, yang digunakan oleh operator GSM, semua
call dan trafik signaling nyaris tidak terproteksi. Seorang penyusup
juga mungkin mendapatkan akses ke HLR, yang menyimpan semua
informasi subscriber, walaupun biasanya diproteksi dengan baik
tetapi menjadi tantangan tersendiri bagi penyusup.
Cara lain untuk menyusup pada GSM call adalah dengan mencari
tahu secret key dari subscriber, yang merupakan basis keamanan
GSM. Keterbatasan keamanan pada GSM membuat teknologi carrier
ini mudah untuk di snooping dan interception. Penyerangan Snooping
biasanya dilakukan pada perangkat jaringan di elemen store dan
forward. Sedangkan Inerception biasanya masuk melalui udara dan
jaringan kabel.
d. Aspek yang dipertimbangkan pada SMS Security
Ditinjau dari ancaman keamanan pada teknologi SMS, maka
terdapat aspek-aspek yang perlu diperhatikan, yaitu :
�� Privacy / Confidentiality
Jaminan kerahasiaan data yang ditransmisikan. Ancaman terhadap
confidentiality ini antara lain : sniffer (penyusup), keylogger
(penyadap kunci), dll. Dapat diproteksi dengan kriptografi / enkripsi
�� Integrity
Jaminan keutuhan data sampai ke end user. Ancaman terhadap
integrity ini antara lain : spoofing, virus, trojan horse,dll. Dapat
diproteksi dengan message authentication code (MAC), (digital)
signature, (digital) certificate, hash function
�� Authentication
Menjamin keaslian data. Ancaman terhadap authentication ini
antara lain : spoofing message, identitas palsu, password palsu,
terminal palsu, situs web gadungan. Dapat diproteksi dengan digital
certifies

2. DATABASE
Database merupakan kumpulan data-data dalam bentuk tabel yang saling
berhubungan yang disimpan dalam media perangkat keras computer yang dapat
diambil lagi sebagai informasi. Elemen-elemen penyusun database antara lain :
a) Tabel, merupakan kumpulan record dengan format field yang sama.
Satu tabel biasanya mempresentasikan data satu objek maupun kolom
satu kejadian dalam sebuah sistem.
b) Field/kolom, merupakan bagian terkecil dari tabel yang digunakan untuk
menyimpan item informasi.
c) Record/baris, merupakan sekumpulan field yang berhubungan erat,
yang menggambarkan satu informasi.
d) Primary key/kunci primer adalah suatu field yang nilainya unik dan
digunakan sebagai kunci yang membedakan record satu dengan
lainnya.
e) Relationship/hubungan, merupakan hubungan antara satu tabel dengan
tabel yang lain.
f) Query, digunakan untuk menyaring dan menampilkan data yang
mmenuhi criteria tertentu dari satu tabel atau lebih. Query dapat dibuat
dengan bahasa SQL maupun dengan desain query.
g) DBMS (Database Manajemen Sistem), merupakan kumpulan program
untuk membuat dan merawat/mengelola database.
h) Sistem Database, merupakan gabungan database dengan manajemen
database.
Pembuatan database ini untuk menampung dan menyimpan data-data
yang diinputkan maupun data yang disajikan kepada pengirim SMS. Dari
database yang telah didesain, administrator dapat mengubah data awal dengan
memasukkan data secara langsung pada sel-sel yang tersedia sesuai field
sehingga secara otomatis tabel tersebut telah memiliki data.
Pembuatan sistem informasi ini melibatkan objek database berupa tabel
untuk menyimpan data yang tersusun berdasarkan record dan field. Dalam
pembuatan tabel dibutuhkan pengaturan property pada setiap field yang nantinya
pengaturan tersebut akan menentukan proses pengolahan database lebih lanjut.

Beberapa property yang mungkin terdapat pada tiap tipe data (text, memo,
number, date time, currency, autonumber, yes no, OLE Object, hyperlink, dan
lookup wizard) field adalah :
1) Field Size (Text/Number)
2) Format
3) Input Max
4) Desimal Place
5) Caption
6) Default Value
7) Validation Rule
8) Validation Text
9) Required
10) Allow Zero Length
11) Indexed
Untuk mengkoneksikan database dengan program aplikasi digunakan
ODBC (Open Database Connectivity). ODBC adalah Application Programming
Interface (API) yang dikembangkan Microsoft untuk konektivitas data. Data yang
berada pada database Access dapat terintegrasi dengan program untuk dialogic
menggunakan pemrograman Visual Basic 6.0.
a. Activex Data Object (Ado)
ActiveX Data Object adalah teknologi yang memudahkan
menambah database pada halaman web. ADO digunakan untuk menulis
script yang kompak dan scalable untuk menghubungkan ke OLE DB
compliant dat sources. OLE DB adalah sistem level programming
interface yang menyediakan standart set dari COM interface untuk
mengekspor fungsi database management system dengan ADO’s object
model dengan mudah mengakses interfaceini untuk menambah fungsi
database pada aplikasi web. ADO juga digunakan untuk mengakses
Open Database Connectivity (ODBC) compliant database.
b. MFC (Microsoft Foundation Class)
MFC merupakan application framework untuk pemrograman
Microsoft Windows. MFC menyediakan sebagian besar kode yang
diperlukan untuk mengatur window, menu, dan dialog box, menunjukkan
input/output, penyimpanan koleksi data, dan sebagainya.
MFC menyederhanakan pemrograman database dengan Data Access
Object (DAO) dan Open Database Connectivity (ODBC) dan
pemrograman jaringan dengan windows socket.
ODBC merupakan interface yang memperbolehkan user mengakses data
pada database. ODBC menyediakan API yang memperbolehkan aplikasi
menjadi independent pada database management system (DBMS).
MFC database class berdasar ODBC didesain untuk menyediakan akses
database dimana driver ODBC telah tersedia. Karenanya aplikasi bisa
mengakses data pada format data yang berbeda dan konfigurasi yang
berbeda pula. User harus memiliki driver ODBC 32 bit untuk mengakses
data dan memanipulasi data pada tabel.

REFERENSI
1. John. Wiley. and. Sons., “MOBILE MESSAGING TECHNOLOGIES AND
SERVICES SMS, EMS and MMS. 2ed.”, Mar 2005. eBook-DDU. pdf
2. A Brief Introduction to Secure SMS Messaging in MIDP FORUM NOKIA
Version 1.0; September 23, 2003. pdf
3. www.nexustelecom.com/fileadmin/documents/Whitepaper/White_Paper_SM
S_Spam_NexusNETVIEW_Ed_2.1.pdf
4. www.cs.huji.ac.il/~sans/students_lectures/GSM%20Attacks.ppt
5. Denis Pankratov, Dmitri Kramarenko. 2004. SMS spoofing - Q&A with CCRC
staff. http://www.crime_research.org/interviews/sms-spoofing-intro
6. Job de Haas. 2001. Mobile security: SMS and WAP nada.
http://www.itsec.gov.cn/web portal/download.ppt
7. Prihatini, Ekawati. Aspek Keamanan Pada Jalur Komunikasi Short Message
Service. 2006. E-Book.pdf
8. Sun Microsystem. 2003. System Management Services Software: An Inside
Look. http://www.informit,com/articles.html
9. SMS Sequrity. http://www.odysseytec.com/solutions/sms security.html
10. SMS Sequrity Essential.
http://www.microsoft.com/smsserver/techinfo/deployment/secessential
11. http://www.ilmukomputer.com
12. Yuliana, Mike, ST. Sistem Informasi Via Telepon2006. E-Book.pdf


Sumber : Chun Chun Hendarto, UPI 2009

GAGAL KULIT

GAGAL KULIT

Istilah “Gagal Jantung” dan “Gagal Ginjal” tidak asing lagi di telinga kita sebagai praktisi di bidang kesehatan. Tapi pernahkan kita mendengar istilah “Gagal Kulit”?. Ya…”Gagal Kulit” atau “Skin Failure” merupakan istilah yang relatif baru dan masih terasa asing di telinga kita. Hal ini disebabkan kita jarang memandang kulit sebagai sebuah organ dan bagian integral dari system tubuh.

Padahal kulit merupakan system organ tubuh yang terbesar yang sangat beresiko untuk mengalami kerusakan baik akibat injury eksternal maupun injury internal. Seperti halnya miokardium, dapat mengalami ischemic hinggal infark akibat gangguan suplay oksigen. Kulit dapat mengalami kerusakan hingga kematian akibat gangguan suplay oksigen seperti adanya peningkatan interface pressure lebih dari 32 mmHg dapat menyebabkan decubitus.

Sayangnya, berdasarkan hasil kongres organ-organ internal tubuh kita yang dihadiri oleh Jantung, ginjal, hati, kulit. Sayangnya kulit kaki tidak dapat hadir karena mengalami leg ulcer, kulit bokong pun tidak bisa datang karena mengalami decubitus, apalagi kulit tangan baru saja kena luka bakar akiabt ledakan tabung gas 3 Kg, hehehe…

Kongres dipimpin oleh Mr. Otak dan menyepakati sebuah consensus yang berbunyi “Kepada seluruh organ-organ tubuh dengan ini dinyatakan bahwa apabila terjadi gangguan hemodinamik dalam bentuk apapun, maka suplay darah harus diutamakan ke otak, hati, dan ginjal” Kulit walaupun sebagai organ yang terbesar dan terluas namun memiliki suara minoritas akhirnya kalah. Oleh karena itu sejak saat itulah manakala terjadi ggn sirkulasi darah seperti penurunan cardiac output maka alirah darah ke kulit akan dikurangi karena dianggap organ yang ‘tidak penting”!.

Sumber : www.griyaafiat.blogspot.com

TEKNIK DAN MACAM PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

TEKNIK DAN MACAM PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Oleh : Junaedi

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK UNTUK SALURAN PENCERNAAN

DEFINISI

Pemeriksaan yang dilakukan untuk sistem pencernaan terdiri dari:
# Endoskop (tabung serat optik yang digunakan untuk melihat struktur dalam dan untuk memperoleh jaringan dari dalam tubuh)
# Rontgen
# Ultrasonografi (USG)
# Perunut radioaktif
# Pemeriksaan kimiawi.

Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosis, menentukan lokasi kelainan dan kadang mengobati penyakit pada sistem pencernaan.
Pada beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus dikosongkan terlebih dahulu; ada juga pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-12 jam sebelumnya melakukan puasa; sedangkan pemeriksaan lainnya tidak memerlukan persiapan khusus.

Langkah pertama dalam mendiagnosis kelainan sistem pencernaan adalah riwayat medis dan pemeriksaan fisik.
Tetapi gejala dari kelainan pencernaan seringkali bersifat samar sehingga dokter mengalami kesulitan dalam menentukan kelainan secara pasti.
Kelainan psikis (misalnya kecemasan dan depresi) juga bisa mempengaruhi sistem pencernaan dan menimbulkan gejala-gejalanya.


Pemeriksaan Kerongkongan

1. Pemeriksaan barium.
Penderita menelan barium dan perjalanannya melewati kerongkongan dipantau melalui fluoroskopi (teknik rontgen berkesinambungan yang memungkinkan barium diamati atau difilmkan).
Dengan fluoroskopi, dokter bisa melihat kontraksi dan kelainan anatomi kerongkongan (misalnya penyumbatan atau ulkus). Gambaran ini seringkali direkam pada sebuah film atau kaset video.

Selain cairan barium, bisa juga digunakan makanan yang dilapisi oleh barium, sehingga bisa ditentukan lokasi penyumbatan atau bagian kerongkongan yang tidak berkontraksi secara normal.

Cairan barium yang ditelan bersamaan dengan makanan yang dilapisi oleh barium bisa menunjukkan kelainan seperti:
- selaput kerongkongan (dimana sebagian kerongkongan tersumbat oleh jaringan fibrosa)
- divertikulum Zenker (kantong kerongkongan)
- erosi dan ulkus kerongkongan
- varises kerongkongan
- tumor.

2. Manometri.
Manometri adalah suatu pemeriksaan dimana sebuah tabung dengan alat pengukur tekanan dimasukkan ke dalam kerongkongan.
Dengan alat ini (alatnya disebut manometer) dokter bisa menentukan apakah kontraksi kerongkongan dapat mendorong makanan secara normal atau tidak.


3. Pengukuran pH kerongkongan.
Mengukur keasaman kerongkongan bisa dilakukan pada saat manometri.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah terjadi refluks asam atau tidak.

4. Uji Bernstein (Tes Perfusi Asam Kerongkongan).
Pada pemeriksaan ini sejumlah kecil asam dimasukkan ke dalam kerongkongan melalui sebuah selang nasogastrik.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah nyeri dada disebabkan karena iritasi kerongkongan oleh asam dan merupakan cara yang baik untuk menentukan adanya peradangan kerongkongan (esofagitis).
Intubasi

Intubasi adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang lentur melalui hidung atau mulut ke dalam lambung atau usus halus.

Prosedur ini bisa digunakan untuk keperluan diagnostik maupun pengobatan.
Intubasi bisa menyebabkan muntah dan mual, tetapi tidak menimbulkan nyeri.
Ukuran selang yang digunakan bervariasi, tergantung kepada tujuan dilakukannya prosedur ini (apakah untuk diagnosik atau pengobatan).

1. Intubasi Nasogastrik.
Pada intubasi nasogastrik, sebuah selang dimasukkan melalui hidung menuju ke lambung.
Prosedur ini digunakan untuk mendapatkan contoh cairan lambung, untuk menentukan apakah lambung mengandung darah atau untuk menganalisa keasaman, enzim dan karakteristik lainnya.
Pada korban keracunan, contoh cairan lambung ini dianalisa untuk mengetahui racunnya. Kadang selang terpasang agak lama sehingga lebih banyak contoh cairan yang bisa didapat.

Intubasi nasogastrik juga bisa digunakan untuk memperbaiki keadaan tertentu:
- Untuk menghentikan perdarahan dimasukkan air dingin
- Untuk memompa atau menetralkan racun diberikan karbon aktif
- Pemberian makanan cair pada penderita yang mengalami kesulitan menelan.

Kadang intubasi nasogastrik digunakan secara berkesinambungan untuk mengeluarkan isi lambung. Ujung selang biasanya dihubungkan dengan alat penghisap, yang akan mengisap gas dan cairan dari lambung.
Cara ini membantu mengurangi tekanan yang terjadi jika sistem pencernaan tersumbat atau tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
2. Intubasi Nasoenterik.
Pada intubasi nasoenterik, selang yang dimasukkan melalui hidung lebih panjang, karena harus melewati lambung untuk menuju ke usus halus.
Prosedur ini bisa digunakan untuk:
- mendapatkan contoh isi usus
- mengeluarkan cairan
- memberikan makanan.

Sebuah selang yang dihubungkan dengan suatu alat kecil di ujungnya bisa digunakan untuk biopsi (mengambil contoh jaringan usus halus untuk diperiksa secara mikroskopik atau untuk analisa aktivitas enzim).

Lambung dan usus halus tidak dapat merasakan nyeri, sehingga kedua prosedur diatas tidak menimbulkan nyeri.
Endoskopi

Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan menggunakan selang/tabung serat optik yang disebut endoskop.

Endoskop yang dimasukkan melalui mulut bisa digunakan untuk memeriksa:
- kerongkongan (esofagoskopi)
- lambung (gastroskopi)
- usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas).
Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan untuk memeriksa:
- rektum dan usus besar bagian bawah (sigmoidoskopi)
- keseluruhan usus besar (kolonoskopi).

Diameter endoskop berkisar dari sekitar 0,6 cm-1,25 cm dan panjangnya berkisar dari sekitar 30 cm-150 cm.
Sistem video serat-optik memungkinkan endoskop menjadi fleksibel menjalankan fungsinya sebagai sumber cahaya dan sistem penglihatan.
Banyak endoskop yang juga dilengkapi dengan sebuah penjepit kecil untuk mengangkat contoh jaringan dan sebuah alat elektronik untuk menghancurkan jaringan yang abnormal.

Dengan endoskop dokter dapat melihat lapisan dari sistem pencernaan, daerah yang mengalami iritasi, ulkus, peradangan dan pertumbuhan jaringan yang abnormal. Biasanya diambil contoh jaringan untuk keperluan pemeriksaan lainnya.

Endoskop juga bisa digunakan untuk pengobatan. Berbagai alat yang berbeda bisa dimasukkan melalui sebuah saluran kecil di dalam endoskop:
Elektrokauter bisa digunakan untuk menutup suatu pembuluh darah dan menghentikan perdarahan atau untuk mengangkat suatu pertumbuhan yang kecil
- Sebuah jarum bisa digunakan untuk menyuntikkan obat ke dalam varises kerongkongan dan menghentikan perdarahannya.

Sebelum endoskop dimasukkan melalui mulut, penderita biasanya dipuasakan terlebih dahulu selama beberapa jam. Makanan di dalam lambung bisa menghalangi pandangan dokter dan bisa dimuntahkan selama pemeriksaan dilakukan.
Sebelum endoskop dimasukkan ke dalam rektum dan kolon, penderita biasanya menelan obat pencahar dan enema untuk mengosongkan usus besar.

Komplikasi dari penggunaan endoskopi relatif jarang.
Endoskopi dapat mencederai atau bahkan menembus saluran pencernaan, tetapi biasanya endoskopi hanya menyebabkan iritasi pada lapisan usus dan perdarahan ringan.


Laparoskopi

Laparoskopi adalah pemeriksaan rongga perut dengan menggunakan endoskop

Laparoskopi biasanya dilakukan dalam keadaan penderita terbius total.
Setelah kulit dibersihkan dengan antiseptik, dibuat sayatan kecil, biasanya di dekat pusar. Kemudian endoskop dimasukkan melalui sayatan tersebut ke dalam rongga perut.

Dengan laparoskopi dokter dapat:
- mencari tumor atau kelainan lainnya
- mengamati organ-organ di dalam rongga perut
- memperoleh contoh jaringan
- melakukan pembedahan perbaikan.

Rontgen

1. Foto polos perut.
Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut, yang tidak memerlukan persiapan khusus dari penderita.
Sinar X biasanya digunakan untuk menunjukkan:
- suatu penyumbatan
- kelumpuhan saluran pencernaan
- pola udara abnormal di dalam rongga perut
- pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa).

2. Pemeriksaan barium.
Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak putih pada foto rontgen dan membatasi saluran pencernaan, menunjukkan kontur dan lapisan dari kerongkongan, lambung dan usus halus.
Barium yang terkumpul di daerah abnormal menunjukkan adanya ulkus, erosi, tumor dan varises kerongkongan.

Foto rontgen bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu untuk menunjukkan keberadaan barium. Atau digunakan sebuah fluoroskop untuk mengamati pergerakan barium di dalam saluran pencernaan. Proses ini juga bisa direkam.

Dengan mengamati perjalanan barium di sepanjang saluran pencernaan, dokter dapat menilai:
- fungsi kerongkongan dan lambung
- kontraksi kerongkongan dan lambung
- penyumbatan dalam saluran pencernaan.

Barium juga dapat diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi usus besar bagian bawah. Kemudian dilakukan foto rontgen untuk menunjukkan adanya polip, tumor atau kelainan struktur lainnya.
Prosedur ini bisa menyebabkan nyeri kram serta menimbulkan rasa tidak nyaman.

Barium yang diminum atau diberikan sebagai enema pada akhirnya akan dibuang ke dalam tinja, sehingga tinja tampak putih seperti kapur.
Setelah pemeriksaan, barium harus segera dibuang karena bisa menyebabkan sembelit yang berarti. Obat pencahar bisa diberikan untuk mempercepat pembuangan barium.

Parasentesis

Parasentesis adalah memasukkan jarum ke dalam rongga perut dan mengambil cairannya.

Dalam keadaan normal, rongga perut diluar saluran pencernaan hanya mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan bisa terkumpul dalam keadaan-keadaan tertentu, seperti perforasi lambung atau usus, penyakit hati, kanker atau pecahnya limpa.
Parasentesis digunakan untuk memperoleh contoh cairan untuk keperluan pemeriksaan atau untuk membuang cairan yang berlebihan.

Pemeriksaan fisik (kadang disertai dengan USG) dilakukan sebelum parasentesis untuk memperkuat dugaan bahwa rongga perut mengandung cairan yang berlebihan.
Selanjutnya daerah kulit (biasanya tepat dibawah pusar) dibersihkan dengan larutan antiseptik dan dibius lokal. Melalui kulit dan otot dinding perut, dimasukkan jarum yang dihubungkan dengan tabung suntik ke dalam rongga perut dimana cairan terkumpul.
Sejumlah kecil cairan diambil untuk pemeriksaan laboratorium atau sampai 0,96 liter cairan diambil untuk mengurangi pembengkakan perut.

USG Perut

USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran dari organ-organ dalam.
USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai organ (misalnya hati dan pankreas) dan juga bisa menunjukkan daerah abnormal di dalamnya.

USG juga dapat menunjukkan adanya cairan.
Tetapi USG bukan alat yang baik untuk menentukan permukaan saluran pencernaan, sehingga tidak digunakan untuk melihat tumor dan penyebab perdarahan di lambung, usus halus atau usus besar.

USG merupakan prosedur yang tidak menimbulkan nyeri dan tidak memiliki resiko.
Pemeriksa menekan sebuah alat kecil di dinding perut dan mengarahkan gelombang suara ke berbagai bagian perut dengan menggerakkan alat tersebut. Gambaran dari organ dalam bisa dilihat pada layar monitor dan bisa dicetak atau direkam dalam filem video.
Pemeriksaan Darah Samar

Perdarahan di dalam saluran pencernaan dapat disebabkan baik oleh iritasi ringan maupun kanker yang serius.
Bila perdarahannya banyak, bisa terjadi muntah darah, dalam tinja terdapat darah segar atau mengeluarkan tinja berwarna kehitaman (melena).

Jumlah darah yang terlalu sedikit sehingga tidak tampak atau tidak merubah penampilan tinja, bisa diketahui secara kimia; dan hal ini bisa merupakan petunjuk awal dari adanya ulkus, kanker dan kelainan lainnya.

Pada pemeriksaan colok dubur, dokter mengambil sejumlah kecil tinja . Contoh ini diletakkan pada secarik kertas saring yang mengandung zat kimia. Setelah ditambahkan bahan kimia lainnya, warna tinja akan berubah bila terdapat darah.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA SISTEM RESPIRASI

Pemeriksaan pada sistem respirasi terutama untuk pemenuhan kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :
• Analisa Gas Darah (AGD);
• Laboratorium Darah Rutin;
• Mantoux Test;
• Pemeriksaan Sputum.
Pemeriksaan lain pada sistem respirasi antara lain :
• Rontgen Thoraks;
• Watersail Drainage (WSD);

ANALISA GAS DARAH (AGD)
AGD memberikan determinasi objektif tentang oksigenasi darah arteri, pertukaran gas alveoli dan keseimbangan asam dan basa. AGD dilakukan dengan pengambilan sampel darah yang berasal dari arteri radialis, brachialis atau femoralis dengan sudut kemiringan jarum 90 derajat. Pada pemeriksaan AGD spuit yang digunakan untuk mengambil sampel darah harus diberi heparin terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya pembekuan darah.

Sebelum mengambil darah arteri, maka harus dilakukan tes Allen’s terlebih dahulu, yaitu pengkajian cepat sirkulasi kolateral pada tangan. Tes ini penting dilakukan sebelum mengambil darah arteri radialis.

Cara Test Allen’s :
Sumbat kedua arteri pada pergelangan tangan (arteri radialis dan ulnaris) dengan cara menekannya. Mintakan klien untuk mengepalkan tangannya, kemudian mintakan melepas kepalannya maka akan terlihat telapak tangannya akan pucat, dan jika tekanan pada arteri radialis dan ulnaris dilepas maka segera telapak tangan klien akan merah muda yang menandakan adanya sirkulasi kolateral.

Setelah darah diambil maka spit ditutup untuk mencegah kontak dengan udara luar dan letakkan pada tempat yang dingin (kulkas atau termos es) sampai waktu dianalisis.

Hasil Analisa Gas Darah Arteri Normal sebagai berikut :

Fungsi Pernafasan Pengukuran Nilai Normal
Keseimbangan Asam Basa pH : Konsentrasi ion hidrogen
PaO2 : Tekanan parsial kelarutan oksigen dalam darah 7,35-7,45
80-100 mmHg
Oksigenasi (Saturasi) SaO2 : Persentase ikatan oksigen dengan hemoglobin 95% atau lebih
Validasi PaCO2 : Tekanan parsial kelarutan karbondioksida dalam darah 35-45 mmHg

Keterangan :
• PaO2 merupakan indikator klinis untuk mengetahui status oksigenasi. Bila nilainya < 80 mmHg mengindikasikan bahwa klien terjadi Hipoksemia.
• SaO2 atau saturasi oksigen merupakan parameter oksigen terikat oleh hemoglobin. SaO2 ini mempunyai hubungan dengan PaO2 yaitu menggambarkan kurva disosiasi oksihemoglobin.
• pH menyatakan kepekaan ion hidrogen dan keasaman zat yang ditimbulkannya. Apabila terjadi penambahan atau peningkatan konsentrasi ion hidrogen, maka keadaan bersifat asam dan pH akan turun. Sebaliknya, bila tubuh bersifat basa atau alkali, maka pH akan meningkat.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH RUTIN
Pemeriksaan darah rutin meluputi pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb), Angka Leukosit (AL/WBC (white blood concentrasion), angka eritrosit (RBC (red blood concentrasion), Laju Endap Darah (LED), Hematokrit (Hmt atau HCT (hemacrite concentration time).

Pada pemeriksaan darah rutin biasanya sampel darah diambil dari darah vena. Pemeriksaan Hb bertujuan untuk menetapkan atau mengetahui kadar Hb dalam darah. Hemoglobin merupakan senyawa yang terdiri dari hematin yang terbentuk dari ferros (zat besi) dan globulin yang merupakan molekul protein makro. Kemampuan Hb untuk mengikat oksigen karena adanya protein globulin yang mampu mengikat oksigen.

Pemeriksaan LED dilakukan untuk mengetahui kecepatan waktu darah mengendap setelah diberi koagulan.
Caranya : Sediakan tabung/botol yang telah diisi dengan 0,4 ml larutan natrium sitrat 3,8%. Isap darah vena sebanyak 1,6 ml dan masukan kedalam botol tadi, kemudian campur dengan menggoyangkannya, isap campuran darah tadi dengan pipet westergren sampai garis 0 mm. Biarkan pipet dalam sikap tegak pada rak selama 60 menit, kemudian bacalah tinggi lapisan plasma pada jam pertama dan jam kedua dari 0 sampai batas plasma dengan endapan darah. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam milimeter per jam dan 2 jam.

Nilai Normal Pemeriksaan Darah Rutin

PEMERIKSAAN NILAI NORMAL
Hemoglobin (Hb) Pria : 14-18 gr/dl
Wanita : 12-16 gr/dl
Angka Leukosit (AL) 5.000 – 10.000/mm3
Angka Eritrosit Pria : 4,5-5,5 juta/mm3
Wanita : 4-5 juta/mm3
Laju Endap Darah (LED) Pria : 0-10 mm/jam
Wanita : 0-20 mm/jam
Hematokrit


MANTOUX TEST / TUBERKULIN TEST
Digunakan untuk mendeteksi invasi dan berkembangnya myocobacterium tuberculosa dengan menyuntikkan Purified Protein Derivate (PPD) secara intradermal (subcutan).

Peralatan : PPD, spuit tuberkulin dengan jarum nomor 25, handscoon, kapas alkohol.
Caranya :
• Tanyakan klien apakah sudah pernah tes tuberkulin adan apakah hasilnya positif ataupun pernah divaksinasi BCG.
Rasional : Seseorang yang pernah tes tuberkulin ataupun divaksinasi BCG maka hasil tesnya akan lebih sering positif. Hasil tes tuberkulin dikatakan positif jika indurasi (penebalan) kulit bekas suntikan 10 mm atau lebih. Pada yang pernah dites tuberkulin atau pernah divaksin BCG maka indurasinya akan lebih dari 15 mm.
• Tanyakan pada klien apakah selama 4 minggu terakhir pernah menderita penyakit akibat virus atau pernah divaksinasi.
Rasional : Vaksinasi da penyakit virus akan menekan sistem imun dan dapat mempengaruhi hasil tes tuberkulin.
• Pemeriksa memakai handscoon untuk proteksi diri.
• Pilih tempat tes pada permukaan ventral anterior lengan bawah
Rasional : area ini bebas dari pembuluh darah, bulu atau tanda lainnya.
• Dengan gerakan melingkar, bersihkan tempat tersebut dengan kapas alkohol sebagai desinfektan.
• Dengan tangan dominan ambil spuit dan pegang spuit sehingga membentuk sudut 10-15 derajat terhadap kulit dengan bagian beel jarum menghadap ke atas. Perlaan tusukan jarum kedalam lapisan kulit atas sampai mulut bevel tersumbat kulit dan terdapat benjolan pada area kulit yang disuntik.
• Buang semua peralatan kotor pada tempat khusus sampah medis.
• Lepaskan handscoon dan cuci tangan steril.
• Evaluasi hasil maksimal akan terlihat dalam waktu 48-72 jam dan ukur indurasinya.
• Jelaskan hasil pada klien, jika hasil positif maka buat rujukan untuk screening/pengobatan lebih lanjut. Tes positif menunjukkan klien terpapar terhadap tuberkulosa dan diperlukan evaluasi lanjut.
• Dokumentasikan hasil tes.

PEMERIKSAAN SPUTUM/DAHAK
Dilakukan jika diduga terdapat penyakt paru-paru seperti bronchitis kronis, TBC. Pada saat terjadi infeksi dan inflamasi pada saluran pernafasan maka membran mukosa saluran pernafasan akan berespon dengan mengeluarkan sekresinya yang sering mengandung mikroorganisme penyebab penyakit.
Pemeriksaan sputum mencakup pemeriksaan :
• Pewarnaan gram
Pemeriksaan dengan pewarnaan gram dapat memberikan informasi tentang jenis mikroorganisme untuk menegakkan diagnosis presumatif.
• Kultur sputum
Dilakukan untuk mengidentifikasi organisme spesifik guna menegakkan diagnosis definitif.
• Sensitivitas
Berfungsi sebagai pedoman terapi antibiotik dengan mengidentifikasi antibiotik yang mencegah pertumbuhan organisme yang terdapat dalam sputum.
• Tes Basil Tahan Asam (BTA Test)
Dilakukan untuk menentukan adanya mycobacterium tuberculosa.
• Sitologi
Ditujukan untuk mengidentifikasi adanya keganasan pada saluran pernafasan.
• Tes Kuantitatif
Pengumpulan sputum selama 24-72 jam

Pada pemeriksaan sputum, biasanya sampel sputum diambil pada sputum midsterm atau sputum pada pagi hari.
Caranya : Informasikan sebelumnya pada klien untuk diambil sputumnya. Siapkan perlatan untuk pengambilan sputum, yaitu gelas berisi air hangat, bengkok dan tissue atau kalau perlu air teh manis dan obat batuk GG. Anjurkan klien untuk minum dulu untuk mempermudah sputum keluar, kemudian anjurkan klien membatukkan sputumnya pada bengkok yang telah disediakan. Jika belum bisa keluar maka coba beberapa kali, jika belum keluar juga maka anjurkan klien untuk minum air teh manis hangat dulu. Hal ini bahwa air gula akan dapat mengikat dan mengumpalkan sputum sehingga akan lebih mudah dikeluarkan. Jika masih belum bisa maka anjurkan klien untuk minum obat GG sebagai pengencer dahak.

KONSEP DASAR INFEKSI

KONSEP DASAR INFEKSI
Oleh : JunaedI
Definisi
Infeksi adalah masuknya kuman patogen dalam tubuh dan berkembang biak serta menimbulkan gejala-gejala infeksi. (Barbara C. Long)
Infeksi adalah kolonisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme inang, dan bersifat membahayakan inang. Organisme penginfeksi, atau patogen, menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk dapat memperbanyak diri, yang pada akhirnya merugikan inang. Patogen mengganggu fungsi normal inang dan dapat berakibat pada luka kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian. Respons inang terhadap infeksi disebut peradangan. Secara umum, patogen umumnya dikategorikan sebagai organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya definisinya lebih luas, mencakup bakteri, parasit, fungi, virus, prion, dan viroid.
Simbiosis antara parasit dan inang, di mana satu pihak diuntungkan dan satu pihak dirugikan, digolongkan sebagai parasitisme.

"Kolonisasi" mengacu pada mikroorganisme yang tidak bereplikasi pada jaringan yang ditempatinya. Sedangkan "infeksi" mengacu pada keadaan di mana mikroorganisme bereplikasi dan jaringan menjadi terganggu. Semua organisme multisel mengalami kolonisasi oleh organisme lain sampai dengan tahap tertentu, yang umumnya bersifat mutualisme atau komensalisme. Contoh yang bersifat mutualisme adalah spesies bakteri anaerobik yang mengkolonisasi kolon manusia, sedangkan yang komensalisme adalah beberapa spesies staphylococcus pada kulit manusia. Jenis kolonisasi semacam itu tidak digolongkan sebagai infeksi. Perbedaan antara infeksi dan kolonisasi seringkali tergantung pada situasi dan kondisi. Organisme yang umumnya non-patogen bisa menjadi patogen pada kondisi tertentu. Selain itu, organisme yang sangat virulent sekalipun memerlukan kondisi tertentu untuk dapat menyebabkan infeksi yang berarti. Beberapa bakteri koloni, misalnya Corynebacteria sp. dan viridans streptococci, menghalangi pelekatan dan kolonisasi yang dilakukan oleh bakteri patogen, sehingga memberikan keuntungan bagi inang dengan mencegah infeksi dan mempercepat sembuhnya luka.
Patogen (Bahasa Yunani: παθογένεια, "penyebab penderitaan") adalah agen biologis yang menyebabkan penyakit pada inangnya. Umumnya istilah ini diberikan untuk agen yang mengacaukan fisiologi normal hewan atau tumbuhan multiselular. Namun, patogen dapat pula menginfeksi organisme uniselular dari semua kerajaan biologi. Ada beberapa substrat dan cara yang dapat digunakan patogen untuk menyerang suatu inang.
Dalam medis, penyakit menular atau penyakit infeksi adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh sebuah agen biologi (seperti virus, bakteria atau parasit), bukan disebabkan faktor fisik (seperti luka bakar) atau kimia (seperti keracunan).
Mikroorganisme patogen adalah mikroorganisme atau bahan yang bisa menimbulkan penyakit.
Patogenitas adalah kemampuan kuman patogen menulari dan menimbulkan penyakit, ditentukan oleh kemampuan kuman untuk bisa bertahan hidup dan memperbanyak diri diluar tubuh orang, virulen, dosis, hospes yang dipilih.
Masa Inkubasi adalah Periode waktu setelah kuman patogen masuk kepada yang dihuni (hospes) sebelum timbul gejala-gejala infeksi.
Akut adalah serangan yang berlangsung cepat, respon segera dari yang diserang, gejala-gejala parah/berat, biasanya dalam waktu singkat.
Kronik adalah serangan yang berlangsung lambat. Respon dari yang diserang lambat, gejala-gejala ringan, berlangsung dalam jangka waktu panjang.
Kontaminasi adalah terdapatnya mikroorganisme atau bahan pada obyek yang tidak diketahui atau pada bahan tertentu.








TAHAPAN PROSES INFEKSI
1. Periode Inkubasi
Interval antara masuknya patogen kedalam tubuh dan munculnya gejala pertama (mis. Campak 2-3 mgg; pilek 1-2 hari, influenza 1-3 hr, gondong (mumps) 18 hari).
2. Tahap Prodromal
Interval dari awitan tanda dan gejala non spesifik (malaise, demam ringan, keletihan) sampai gejala spesifik muncul. (selama masa ini, mikroorganisme bertumbuh dan berkembang biak dan klien lebih mampu menyebabkan penyakit ke orang lain).
3. Tahap Sakit
Interval saat klien memanifestasikan tanda dan gejala spesifik terhadap jenis infeksi (mis : demam dimanifestasikan dg sakit tenggorokan, kongsti siunus, rinitis, mumps dimanifestasikan dengan sakit telinga, demam tinggi, pembengkakan kelenjar parotid dan saliva).
4. Tahap Pemulihan
Interval saat munculnya gejala akut infeksi (lamanya penyembyhan tergantung pada beratnya infeksi dan keadaan umum kesehatan klien; penyembuhan dapat memakan waktu beberapa hari sampai bulan)
INFLAMASI ATAU PERADANGAN
Respon inang terhadap infeksi adalah peradangan atau inflamasi dimana mikroorganisme patogen sudah berkembang biak dan mulai menimbulkan manifestasi klinik.

Manifestasi Klinik Inflamasi atau Peradangan adalah sebagai berikut :
1. Kalor atau panas atau hangat
Disebabkan karena hypervaskularisasi lokal pada tempat terinfeksi dan adanya sisa metabolisme kalor daripada antibodi.

2. Dolor atau nyeri
Adanya persepsi nyeri yang disebabkan karena adanya kerusakan jaringan karena mikroorganisme patogen tersebut akibat pengaruh zat pada ujung saraf perasa yang dilepaska oleh sel cedera, zat ini mungkin histamin.
3. Rubor atau kemerahan
Adanya kemerahan pada daerah yang terinfeksi. Hal ini disebabkan karena adanya vasodilatasi vaskuler lokal yang mengakibatkan terjadinya aliran darah setempat berlebihan.
4. Tumor atau penumpukan cairan
Adanya kenaikan permeabilitas kapiler disertai dengan kebocoran banyak sekali cairan terutama larutan garam-garam dan larutan koloid (albumin, globulin dan fibrinogen) ke dalam ruang interstitial sehingga terjadi edema atau terjadi pembekuan cairan dalam ruang interstitial oleh fibrinogen dan protein lainnya yang bocor dari kapiler dalam jumlah berlebihan sehinga terjadi pembengkakan.
5. Functiolaesa
Adanya penurunan fungsi atau daya gerak pada jaringan yang terkena infeksi karena terjadi pembengkakan dan kerusakan jaringan sel terinfeksi.


PATOFISIOLOGI PERADANGAN
Gambar 2. Patofisiologi Peradangan















REAKSI SEL PADA PERADANGAN
Setelah aliran dalam pembuluh menjadi lambat, maka lekosit-lekosit melekat pada sel-sel endotel pembuluh (marginasi). Makin lama makin banyak sel lekosit yang melekat.

Sel-sel endotel pada radang mendadak menggelembung. Dengan pergerakan ameboid lekosit menyusup antara sel endotel dan kemudian keluar (emigrasi) keluar dari pembuluh darah ke jaringan arena tertarik oleh substansi yang dikeluarkan patogen dan zat-zat yang dikeluarkan sel radang. Pergerakan ini disebut Kemotaksis.

Teori Fagositosis :
Leukosit yang berada pada jaringan radang akan melekat pada dinding kuman patogen, hal ini dikarenakan adanya zat anti dari serum setelah infeksi di jaringan akan bersatu dengan antigen kuman sehingga dinding kuman berubah dan dapat dilekati oleh lekosit. Zat tersebut disebut Opsonin, yang termasuk golongan protein globulin.

Setelah lekosit melekat pada dinding kuman maka kuman akan bisa tertarik dan masuk pada lekosit dan kemudian dihancurkan.

Berbagai Jenis Lekosit :
• Polimorfonukleus (PMN) : netrofil, eosinofil dan basofil.
• Monosit;
• Limfosit.

Jumlah lekosit yang beredar antara 5000 – 8000/mm3. Pembagian prosentase lekosit kurang lebih 60% netrofil, 30% limfosit, 6% monosit, 3% eosinofil dan 1% basofil.

Polimorfonukleus (PMN)
Sel ini berasal dari mielosit sumsum tulang. Pada radang akut yang disertai pus (=nanah), sel ini akan meningkat jumlahnya sampai 20% atau lebih dari seluruh lekosit.
Netrofil; merupakan sel pertama yang tiba saat terjadai peradangan.
Eosinofil dan basofil; sel ini akan meningka pada reaksi alergi dan reaksi stress.

Monosit
Sel ini beperan dalam rekasi fagositosis kuman.

Limfosit; terdiri dari sel B dan sel T, memainkan peranan utama dalam imunitas humoral.

Eritrosit pada radang juga akan dapat melalui dinding kapiler dan masuk ke dalam jaringan, sehingga cairan radang akan berwarna kemerahan dan disebut radang hemoragik.

ABSES
Pada peradangan oleh stafilokokus akan menebabkan banyaknya penimbunan lekosit. Bila infeksi stafilokokus disertai dengan nekrosis jaringan (kematian jaringan), maka jaringan nekrotik ini kemudian akan mencair sehingga terjadi rongga. Rongga yang berisi cairan kental yang mengandung sisa-sisa jaringan yang telah mencair dan sisa-sisa lekosit yang musnah dinama Abses. Isi Abses adalah nanah (pus).

Pencairan jaringan nekrotik akan dipercepat karena lekosit yang musnah akan melepaskan enzim proteolitik, yaitu trypsin.

Jadi, Abses adalah rongga yang berisi nanah, sedangkan jaringan disekitar abses banyak mengandung lekosit yang sudah musnah.

Pecahnya molekul-molekul roein menjadi lebih kecil-kecil menyebabkan tekanan osmotik dalam abses akan meningkat sehingga cairan limfe diserap kedalam abss sehingga tekanan semakin meningkat yang menimbulkan abses semakin membengkak dan menimbulkan nyeri.














Patofisiologi Abses

























DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN INFEKSI DAN PERADANGAN

1. Discomfort disturbance : pain related to tissue discontinuitas;
2. Calor increasing / fever related to antigen antibody mechanisme respone;
3. Infection related to patogen microorganisme entry;
4. Descreasing of serum volume at vaskuler related to increasing capillary permeability;
5. Potencial of sleep disturbance related to pain, calor increasing.
6. etc.



SRIS (SYNDROMA RESPONS INFLAMASI SYSTEMIC)

DEFINISI

Hayden telah mengadaptasi konferensi konsensus American College of Chest Physicians (ACCP) dan Society of Critical Care Medicine (SCCM) untuk terminologi penyakit anak sebagai berikut:
Bakteremia: adanya bakteri didalam darah.
Infeksi: proses mikrobial yang ditandai dengan adanya respons inflamasi terhadap adanya mikroorganisme (bakteri, virus, parasit) atau invasi jaringan yang secara normal steril oleh organisme tersebut.
Sindroma respons inflamasi sistemik (SRIS): respons sistem terhadap berbagai kelainan klinis berat (misalnya infeksi, trauma, luka bakar). Sindroma tersebut muncul bila ditemukan dua atau lebih keadaan berikut ini:
- suhu tubuh > 380C atau < 360C - denyut jantung per menit > 2 SB diatas nilai normal untuk umur
- laju nafas per menit > 2 SB diatas nilai normal untuk umur
- hitung leukosit > 12 x 109/L (12.000/mm3), < 4 x 109/L (4.000/mm3) atau > 10% sel batang.
Sepsis: respons sistemik terhadap infeksi (SRSIS plus infeksi)
Sepsis berat: sepsis yang disertai disfungsi organ, hipotensi atau hipoperfusi; gangguan perfusi dapat berupa (tetapi tidak terbatas dengan hal ini saja) asidosis laktat, oliguria, atau penurunan status mental akut.
Syok septik: sepsis yang disertai hipotensi walaupun telah diberi resusitasi cairan adekuat, ditambah gangguan perfusi seperti pada sepsis berat. Anak dapat mengalami gangguan perfusi walaupun belum ditemukan hipotensi atau sedang mendapat terapi inotrop atau presor.
Hipotensi: tekanan darah sistolik > 2 SB dibawah rata-rata (disarankan memakai tekanan darah arterial rata-rata (TDAR)/mean arterial blood pressure [MAP] karena TDAR mencerminkan tekanan perfusi organ). Kegagalan sirkulasi terjadi bila:
- MAP < 40 mmHg untuk usia 3-6 bulan - MAP < 45 mmHg untuk usia 6-12 bulan - MAP < 50 mmHg untuk usia 1-4 tahun - MAP < 55 mmHg untuk usia 4-10 tahun - MAP < 60 mmHg untuk usia 10-14 tahun - MAP < 65 mmHg untuk usia 14-18 tahun TDAR dapat diukur langsung atau dihitung dengan rumus: TDAR = (tekanan sistolik) + ( 2 x diastolik) : 3 Sindroma disfungsi organ multipel (SDOM) (multiple organ disfunction syndrome [MODS]): terjadinya penurunan fungsi organ pada anak sakit akut berat sehingga homeostasis tidak dapat dipertahankan tanpa intervensi. Gambar 2. Progresi dari infeksi sampai sepsis, syok septik, dan disfungsi organ multipe Dikutip dari Powell, 2000 PATOFISIOLOGI SRIS Respons inflamasi sistemik timbul bila benda asing di dalam darah atau jaringan diketahui oleh tuan rumah. Respons ini bertujuan untuk menetralisir mikroorganisme dan produknya sampai bersih, tetapi dapat terjadi efek negatif pada tuan rumah, terutama kerusakan jaringan. Sitokin proinflamasi dan antiinflamasi yang diaktifkan di ruang intravaskular melalui kehadiran material mikroba mempunyai efek merusak. SRIS dapat diikuti oleh bakteremia atau pengeluaran produk toksis pada tempat infeksi. Pada sepsis gram-negatif, sitokin faktor nekrosis tumor  (TNF ) dapat diinduksi oleh endotoksin dalam sirkulasi dan kemudian dikeluarkan interleukin-1 (IL-1). Kedua zat tersebut menyebabkan berbagai sekuele fisiologis pada keadaan sepsis, misalnya perubahan set point suhu tubuh, baik demam maupun hipotermia, perubahan tahanan vaskular dan permeabilitas pembuluh darah, gangguan fungsi jantung, gangguan pada sumsum tulang, termasuk peningkatan produksi sel darah putih dan efek metabolik yang difasilitasi melalui aksi langsung terhadap enzim dan aksi tidak langsung melalui perubahan kadar substrat. Dengan eskalasi derajat beratnya respons, efek sitokin terhadap berbagai end organ disebabkan oleh mediator seperti nitrik oksida, prostaglandin, faktor pengaktivasi platelet, dan derivat lipooksigenase. Mediator tersebut terutama mengganggu koagulasi dan sistem fibrinolisis dan menyebabkan koagulopati intravaskular diseminata (KID). Gambar 3. Hipotesis patofisiologi terjadinya sepsis DIAGNOSIS BANDING SRIS Sepsis merupakan salah satu penyebab SRIS, yang mempunyai penyebab non infeksi. Karena manifestasi klinis sepsis sangat bervariasi, maka diagnosis banding sepsis sangat banyak, termasuk penyebab non infeksi. Tabel 1. Diagnosis banding sepsis Infeksi - Bakteriemia/meningitis (Streptokokus pneumonia, Haemofilus influenza tipe b, Neisseria meningitidis) - Penyakit virus (influenza, enterovirus, kelompok demam hemoragik, HSV, RSV, CMV, EBV) - Ensefalitis (arbovirus, enterovirus, HSV) - Rikettsiae (Rocky Mountain spotted fever, Ehrlichia, Q fever) - Sifilis - Reaksi vaksin (pertusis, virus influenza, campak) - Reaksi toxin-mediated (syok toksik, Staphylococcal Scalded Skin Syndrome) Kardiopulmonal - Pneumonia (bakteri, virus, mikobakteri, jamur, reaksi alergi) - Emboli pulmonal - Gagal jantung kongestif - Aritmia - Perikarditis - Miokarditis Metabolik-Endokrin - Insufiensi adrenal (Sindrom adrenogenital, gejala putus kortikosteroid) - Gangguan elektrolit (Hipo- atau hipernatremia, hipo- atau hiperkalsemia ) - Diabetes insipidus - Diabetes melitus - Gangguan metabolik (asidosis organik, urea cycle, defisiensi karnitin). - Hipoglikemia - Sindroma Reye Gastrointestinal - Gastroenteritis dengan dehidrasi - Volvulus - Intususepsi - Apendisitis - Peritonitis (spontan, akibat dari perforasi atau dialysis peritoneal) - Hepatitis - Perdarahan Hematologi - Anemia - Methemoglobinemia - Splenic sequetration crisis - Leukemia atau limfoma Neurologi - Intoksikasi (obat-obatan, CO, overdosis) - Perdarahan intrakranial - Infant botulism - Trauma - Sindroma Guillain-Barre - Myasthenia gravis Lain-lain - Anafilaksis (makanan, obat-obatan, sengatan serangga) - Sindrom hemolitik-uremik - Sindrom Kawasaki - Eritema multiform - Sindrom syok hemoragik-ensefalopati Dikutip dari Powell, 2000 MANIFESTASI KLINIS SRIS Infeksi serius dapat terjadi tiba-tiba, mengikuti gejala prodromal atau gejala klinisnya ringan dulu sebelum menjadi berat. Manifestasi klinis yang mungkin terjadi pada tahap awal atau tahap lanjut penyakit sangat bervariasi tetapi pada umumnya spesifik untuk usianya. Sebagai contohnya bayi sepsis, sering letargis, malas makan, suhu tubuh tidak stabil, sulit bernafas dan cenderung hipoglikemia. Sebaliknya, anak yang lebih besar mungkin menunjukkan tanda suhu yang naik, mungkin tidak diketahui oleh orang tua, atau mengeluh sakit kepala, mual atau kaku, menjadi bingung atau kejang dan koma. Sangat penting untuk mengenal berbagai penyebab yang paling mungkin untuk setiap tanda dan gejala, misalnya meningkatnya upaya nafas mungkin sekunder karena hipoksemia, hiperkarbia, inflamasi susunan saraf pusat, gangguan keseimbangan asam-basa, atau patologi paru primer. Manifestasi klinis yang sering ditemukan Sistemik Manifestasi sistemik meliputi demam (sering > 38,50C), suhu tubuh harus diperiksa tanpa melihat usia. Pada neonatus demam mungkin tidak ada. Bila ada, suhu 380C sudah merupakan indikasi untuk pencarian sepsis. Pada anak dibawah usia 3 tahun, adanya demam tinggi (>39,50C) harus meningkatkan kewaspadaan adanya bakteremia terselubung. Pada bayi suhu yang tidak stabil timbul bila suhu inti tubuh (suhu rektal) berfluktuasi diatas 370C atau dibawah 360C dalam 4 jam.
Penampilan menyeluruh sangat penting. Apakah anak tampak tidak sehat? Bila demikian, apakah ia sakit (distres atau agitasi), atau sakit kritis (letargis, tidak responsif)? Pada bayi bagaimana perhatian dan kemampuan minumnya? Anak yang tidak sehat tetapi tampak stabil memerlukan penilaian ulang yang sering untuk mendeteksi berbagai perubahan status yang menunjukkan progresifitas penyakitnya, yang dapat terjadi dengan cepat terutama pada bayi yang sangat muda.
Neurologis
Adanya tanda neurologis dapat menunjukkan infeksi serius. Tanda ini meliputi penurunan kesadaran yang jelas, misalnya iritabel, letargis, tidak ada kontak dengan sekeliling, tidak memberi respons yang sesuai terhadap stimuli, menangis lemah, hipotonia atau hipertonia, gerakan abnormal atau kejang yang nyata.
Kardiovaskular
Tanda kardiovaskular dari infeksi serius adalah peningkatan denyut jantung/takikardia (bradikardia mungkin ditemukan pada neonatus), perfusi perifer tidak adekuat, waktu pengisian kapilar memanjang (> 2 detik), ekstremitas dingin, produksi urin menurun (< 1 ml/kgBB/jam). Adanya syok, baik hangat (hipotensi dan vasodilatasi perifer) atau dingin (hipotensi dan vasokonstriksi perifer) atau tanda ancaman gagal sirkulasi merupakan sentral dari presentasi penyakit infeksi kritis. Respirasi Peningkatan laju respirasi atau upaya bernafas (neonatus cenderung menjadi apneu) menyebabkan berbagai derajat distres pernafasan, warna kulit pucat, dan mungkin sianosis yang jelas. Gastrointestinal Tanda gastrointestinal meliputi malas makan, cenderung muntah atau mencret (anoreksia dapat muncul), distensi abdomen dengan atau tanpa nyeri, organomegali (terutama liver), dan kemungkinan ileus. Kulit Kulit mungkin pucat, dan berbercak atau keabuan, dan ruam mungkin muncul, eksantema tertentu berhubungan dengan keadaan penyakit tertentu. Perhatikan dengan baik adanya petekie, purpura atau tanda perdarahan di membrana mukosa (indikasi kemungkinan adanya koagulasi intravaskular diseminata/KID). Lain-lain Setiap sistem organ dapat mengalami malfungsi yang berhubungan dengan aspek spesifik dari sepsis, misalnya efek metabolik meliputi hipoglikemia, hipokalsemia, atau konsekuensi gagal ginjal atau hati. PENILAIAN KLINIS PRIMER SRIS Nilai tanda vital (denyut jantung, laju nafas, tekanan darah, suhu tubuh). Anak demam dengan bradikardia signifikans mungkin sedang mendapat ancaman gagal sirkulasi. Takikardia terutama pada anak kecil, mungkin menunjukkan peningkatan denyut jantung kompensasi untuk mempertahankan curah jantung. Peningkatan laju respirasi dapat menunjukkan fokus infeksi paru lokal, edema pulmonal, atau kompensasi respirasi atau asidosis laktat sekunder terhadap gangguan penurunan perfusi. Penilaian kecukupan sirkulasi harus meliputi pengukuran tekanan darah tetapi harus juga meliputi indikator perfusi yang luas (pucat, suhu kulit, kualitas nadi) dan status mental (agitasi, tidak siaga terhadap lingkungan sekitarnya dan respons tidak sesuai dengan stimulus, atau penurunan derajat kesadaran yang nyata). Proteksi jalan nafas dan pemberian suplemen oksigen sangat penting pada anak sakit kritis yang diduga sepsis. Akses vaskular harus dipasang segera dan bolus cairan kristaloid, misalnya NaCl 0,9% 10-20 ml/kgBB harus difikirkan bila perfusi tampak dalam perbatasan atau tidak adekuat. Perbaikan denyut jantung dan perfusi sesudah bolus mengkonfirmasi adanya hipovolemia fungsional. Bolus cairan harus sering diulang beberapa kali pada sepsis berat. PEMERIKSAAN DAN PERAWATAN SELANJUTNYA PEMERIKSAAN FISIS LENGKAP • Ulang pemeriksaan tanda vital (yakinkan pemeriksaan tekanan darah tidak terlewat); fikirkan pencatatan skala koma Glasgow. • Kepala: periksa fundi (papiledema atau tanda endokarditis infektif), selalu periksa telinga untuk otitis media sebagai fokus infeksi. Singkirkan selulitis, sinusitis, benda asing di hidung, abses peritonsilar atau gigi dan faringitis. • Leher: kaku kuduk harus selalu diperiksa dan dicatat ada atau tidak ada. Bila disangka ada meningitis, nilai keamanan punksi lumbal diagnostik: bayi harus bebas jalan nafasnya, usaha nafas cukup dan tidak ada gangguan sirkulasi yang nyata (posisi yang diperlukan untuk punksi lumbal restriktif dan dapat mempresipitasi perburukan akut). Pada setiap anak, adanya tanda neurologis terlokalisir, kecurigaan adanya lesi desak ruang atau kemungkinan adanya peningkataan tekanan intrakranial memerlukan pemeriksaan CT scan sebelum punksi lumbal. Limfadenopati servikal sering terjadi pada bayi tetapi kelenjar yang besar atau pembesaran kelenjar multipel merupakan kelainan yang signifikans. Kelenjar jugulodigastrik pada sudut rahang adalah tempat drainase telinga tengah dan bantalan tonsil. Kelenjar servikalis posterior sering membesar karena infeksi kulit kepala atau infeksi yang mengenai rongga hidung posterior, dan juga karena rubela. • Paru: mungkin ditemukan tanda kelainan lokal. • Jantung: adanya murmur baru harus meningkatkan kecurigaan terhadap endokarditis. • Abdomen: cari nyeri tekan terlokalisir, masa atau tanda ileus. Pada pemeriksaan rektal dicari adanya nyeri, masa, atau darah). Pada bayi, bila pemeriksaan suhu rektal menyebabkan keluarnya feses encer, mungkin ada gastroenteritis. • Sistem muskuloskeletal: adanya nyeri, bengkak sendi, efusi, masa dan eritema menunjukkan adanya fokus infeksi. Rasa nyeri diatas tulang mungkin karena osteomielitis. • Kulit: cari selulitis, abses, purpura, petekie, bukti emboli, ruam, dan pemeriksaan yang seksama pada tempat integritas kulit terbuka (misalnya anak yang terpasang infus atau kateter urin). PEMERIKSAAN ADANYA INFEKSI Semua sumber infeksi baru harus diperiksa, dan kemungkinan penyebarannya harus dicari. Pemeriksaan laboratoris selalu diperlukan bila dicurigai adanya bakteremia, pneumonia atau meningitis. 1. Pemeriksaan sel darah putih. Leukositosis (walaupun tidak spesifik) menunjukkan adanya infeksi terutama bila > 15 x 109/L (15.000/mm3) dengan pergeseran ke kiri; leukositopenia dapat terjadi pada sepsis berat. Pada neonatus respons sel darah putih mungkin tidak terjadi karena kegagalan respons imun yang memadai. Jumlah sel darah putih dibawah 5 x 109/L (5000/mm3)atau diatas 30 x 109/L (30.000/mm3) menunjukkan adanya infeksi, terutama bila ada peningkatan jumlah sel muda (batang). Neutropenia adalah jumlah neutrofil absolut dibawah 1,0 x 109/L (1.000/mm3). Makin sedikit jumlahnya makin besar risiko infeksi seriusnya.
2. Jumlah trombosit. Bila trombositopenia < 100 x 109/L (100.000/mm3) fikirkan pemeriksaan koagulasi fibrinogen dan produk degradasi fibrin (koagulopati intravaskular diseminata [KID]). 3. Kultur dan pewarnaan Gram dari darah, cairan serebrospinal, urin, dan apusan atau cairan dari tempat yang terinfeksi. Siapkan kultur ulangan lebih awal (terutama bila diduga ada infeksi meningen), bila ditemukan gejala penyakit tetapi hasil kultur negatif. Kunci diagnosis akan hilang bila kesempatan untuk mengulang kultur tidak dilakukan. 4. Urinalisis. Untuk mencari sel darah merah, sel darah putih, bakteri dan nitrit, hemoglobin dan kas. 5. Laju endapan darah. Abnormal > 15 mm/jam dalam hari pertama kehidupan, > 30 mm/jam untuk berikutnya. Kesalahan pengukuran terjadi bila kelebihan alkohol sebelum pengambilan sampel darah kapilar, ada bekuan, KID, dan penyakit hemolitik dengan uji Coomb positif.
6. Radiografi dada. Biasanya relevan, terutama pada anak kecil yang diduga sepsis tetapi tidak ditemukan fokus infeksinya. Pemeriksaan radiologi lainnya berdasarkan anamnesis dan tanda fisis yang ditemukan.
7. Imunoelektroforesis, uji aglutinasi lateks, dan ELISA harus difikirkan untuk identifikasi antigen bakteri dari urin, darah atau cairan tubuh lainnya (misalnya streptokokus grup B, E. coli , Hib, pneumokokus, meningokokus).
8. Pemeriksaan laboratorium lainnya. Analisis gas darah arteri, urea, elektrolit, glukosa, uji fungsi hati. Untuk deteksi petanda infeksi serta membedakan SRIS dan sepsis, dapat dilakukan pemeriksaan prokalsitonin (PCT) dan protein C reaktif (CRP).
9. Pewarnaan Gram dari buffy coat sampel darah mempunyai nilai prediktif 50% untuk sepsis bakterial.
10. Pemeriksaan khusus sesuai dengan anamnesis dan pemeriksaan fisis.
PEMANTAUAN
1. Observasi ketat tanda ancaman gagal nafas.
2. Observasi ketat tanda penurunan perfusi atau bukti adanya ancaman syok.
3. Pulse oximetry dan ECG (irama dan denyut jantung).
4. Tanda vital regular, dengan perhatian khusus pada kecenderungan dan respons terhadap a) bantuan hidup dasar, b) intervensi pengobatan.
5. Ulangi pemeriksaan laboratorium bila hasilnya abnormal (analisis gas darah dan kimia darah tiap 4 jam, hematologi tiap 12 jam, uji fungsi hati tiap hari).
6. Pemantauan lain sesuai indikasi adanya syok, gagal nafas, atau untuk tunjangan sistem organ, misalnya tekanan darah arterial dan/atau tekanan vena sentral.
PEMBERIAN ANTIBIOTIK
Anak dengan tanda infeksi serius dengan atau tanpa syok memerlukan pengobatan yang segera dengan antibiotik spektrum luas.
Anak sepsis dan ada bukti imunokompromais (misalnya neutropenia, mendapat terapi kanker, HIV positif, asplenia) juga memerlukan pemberian antibiotik segera.
Makin muda usia anak dan makin toksis penampilannya, harus makin cepat pemberian antibiotiknya. Pada neonatus antibiotik harus segera dimulai untuk mengantisipasi kemungkinan kultur kuman positif, dan diagnosis sepsis harus difikirkan pada setiap bayi sakit. Berikut adalah faktor risiko tetapi salah satu atau semuanya mungkin tidak ditemukan: prematuritas, ketuban pecah dini ( > 24 jam), ibu demam intrapartum ( >380C), kolonisasi berat streptokokus grup B pada ibu, asfiksia perinatal, aspirasi mekonium atau masalah perinatal lainnya.
Pemilihan antibiotik ditentukan oleh:
• Mikroorganisme yang paling mungkin pada anak usia tersebut
• Hasil kultur dan sensitivitas
• Alergi terhadap obat
Anak tidak perlu mendapat antibiotik sampai diagnosis penyebab infeksi ditegakkan bila:
a) anak tidak tampak toksis
b) imun kompeten
c) tidak mempunyai sumber spesifik dan tidak mempunyai tanda spesifik atau anamnesis yang menunjang untuk demamnya.
Keputusan untuk tidak memberikan antibiotik lebih mudah pada anak yang lebih besar, tetapi batasan untuk memberikan antibiotik pada bayi lebih longgar, terutama pada tahun pertama kehidupan. Kelompok usia ini juga memerlukan pendekatan pemantauan khusus.
TATALAKSANA
Tujuan akhir perawatan anak sakit kritis yang mengalami sepsis sama seperti anak sakit kritis lainnya:
1. Stabilisasi awal komprehensif di rumah sakit.
2. Bekerjasama dengan seluruh spesialis yang berhubungan dengan penyakitnya dan unit perawatan intensif terdekat untuk mendapatkan proses stabilisasi optimal dan memulai proses diagnostik.
3. Tentukan lokasi optimum untuk pengobatan selanjutnya.
4. Rujukan dini ke pusat perawatan dengan level yang lebih tinggi bila perlu.
5. Memberikan perawatan definitif, pemeriksaan diagnostik tambahan, pemantauan yang memadai, memberikan pengobatan tambahan supaya perbaikan cepat dicapai supaya perawatan selanjutnya dapat dilanjutkan di institusi pengirimnya.

STABILISASI AWAL
Perhatian ditujukan kepada upaya mempertahankan jalan nafas, upaya bernafas, dan sirkulasi. Perawatan tambahan terhadap intubasi harus diperhatikan bila ditemukan koagulopati, terutama untuk menghindari perdarahan dari nasofaring posterior bila dilakukan intubasi nasotrakeal. Akses vaskular harus cukup menjamin kecepatan volume cairan infus yang diberikan dan tambahan inotrop bila diperlukan.
Berikan terapi suportif dan spesifik untuk setiap kegagalan sistem organ atau ada ancaman kegagalan sistem organ.
Fikirkan bantuan nafas dini. Antisipasi kebutuhan pemberian tekanan positif akhir ekspirasi yang lebih tinggi dari normal (edema paru sering terjadi pada sepsis dan dapat berlanjut menjadi sindroma distres pernafasan akut [SDPA]). Sedasi dan/atau paralisis menurunkan risiko perdarahan dari tube endotrakeal, trauma iatrogenik karena ventilator, dan mengurangi konsumsi oksigen.
Hantaran oksigen optimal sangat penting, terutama melalui tunjangan sirkulasi yang agresif (preload dan kontraktilitas miokardium, tonus vaskular dan aliran darah ginjal).
Resusitasi cairan awal mungkin diperlukan lebih dari 40 ml/kgBB (60-80 ml/kgBB) dalam jam pertama. Tidak ada data definitif tentang jenis cairan yang optimal untuk resusitasi cairan. Larutan kristaloid Ringer-laktat, Ringer-asetat, dan NaCl 0,9% cukup murah dan mudah didapat sehingga sering dipakai; larutan koloid seperti hetastarch, gelatin, dan dextran merupakan alternatif lain; tranfusi komponen sel darah merah diperlukan bila ada anemia signifikans atau perdarahan aktif untuk mengoptimalkan kapasitas pengangkutan oksigen; gangguan koagulasi memerlukan plasma beku segar dan/atau trombosit. Albumin mungkin hanya diperlukan untuk pasien tertentu.
Penilaian ulang sistem kardiovaskular yang sering sangat penting (termasuk produksi urin dengan target kira-kira 1 ml/kgBB/jam).
Inotrop
Bila tidak ada perbaikan tekanan darah atau tanda perfusi sesudah pemberian dua kali bolus cairan masing-masing 20 ml/kgBB, inotrop harus diberikan. Dopamin biasanya merupakan obat pilihan pertama mulai dengan dosis 5-10 mcg/kgBB/menit dapat dinaikkan bila perlu. Norepinefrin (noradrenalin) merupakan vasopresor yang dipakai untuk hipotensi yang resisten terhadap pemberian bolus cairan plus dopamin dosis tinggi. Epinefrin kadang-kadang memperbaiki tekanan darah dan perfusi pada anak yang gagal dengan inotrop yang lainnya. Dobutamin kurang berguna pada sepsis kecuali gangguan kontraktilitas miokardium merupakan penyebab utama hipotensi dan kegagalan sirkulasi. Dosis inotrop dititrasi sesuai tekanan darah, denyut jantung, dan perfusi organ. Obat dan dosisnya dipilih untuk menghindarkan takikardia berlebihan dan perubahan tekanan darah atau resistensi vaskular yang mendadak. Efek hemodinamik sepsis menyulitkan penyesuaian inotrop. Perubahan variabel hemodinamik setelah penyesuaian inotrop merupakan indikator terbaik. Pada keadaan hiperdinamik yang disebabkan oleh proses infeksi, denyut jantung dan curah jantung biasanya meningkat dan tekanan darah serta tahanan vaskular sistemik menurun. Perburukan sepsis akan diikuti oleh perburukan fungsi ventrikel dan curah jantung. Pemberian inotrop akan menghasilkan penurunan denyut jantung, stabilisasi tekanan darah, perbaikan perfusi dan produksi urin.
Berikan antibiotik yang sesuai dengan dosis yang benar dan kombinasi yang optimal sesuai dengan diagnosis dan usia pasien.
Fikirkan risiko efek simpang obat dan inkompatibilitas. Dapatkan bantuan/konsultasi yang relevan dari bagian lain (anestesi, pediatrik, bedah, bedah saraf, bedah anak) dan dari ICU anak.

TRANSPORTASI PASIEN
Perburukan cepat atau penyakit yang progresif harus diantisipasi pada saat dini atau penyakitnya masih tampak ringan. Kunci lain pemberian perawatan optimal adalah kesiagaan terhadap pasien tertentu yang rentan terhadap perburukan yang cepat (misalnya usia sangat muda, infeksi serius seperti meningokoksemia dan pasien imunokompromais)
Semua anak sakit kritis dengan sepsis sangat rentan terhadap stres fisiologis saat transportasi, terutama dalam perjalanan jauh atau lebih dari satu kendaraan yang harus digunakan (atau pesawat terbang). Pasien tersebut pada umumnya memerlukan perawatan sirkulasi yang sama atau bahkan lebih banyak dari jalan nafas dan ventilasi. Edema paru harus diantisipasi dan tanda klinis peningkatan suara rales/crackles di paru, perburukan saturasi dan/atau perfusi harus segera diatasi dengan meningkatkan tekanan ventilasi. Pemasangan tube endotrakeal dan akses vaskular harus betul-betul baik. Diskusikan dan konfirmasi rencana kecepatan resusitasi cairan optimal untuk menentukan rencana pengobatan saat transportasi. Pasokan cairan intravena harus dibawa dan harus membawa inotrop yang sudah siap pakai dalam infus sebelum berangkat bila sebelumnya tidak memakai inotrop.
Yakinkan rencana pengobatan saat transport berjalan baik, misalnya bila perlu lanjutan pemberian antibiotik di perjalanan, supaya kadar obat dalam darah tetap terjamin.
Pantau saturasi oksigen, perfusi, tekanan darah, denyut jantung, laju nafas dan suhu tubuh, semuanya dicatat dalam flow sheet untuk melihat kecenderungan stabilitas atau perburukan pasien. Kebanyakan pasien anak sakit kritis dipasang kateter urin sehingga produksi urin dapat diukur setiap jam untuk menyesuaikan rencana terapi. Produk darah mungkin diinfuskan atau dibawa dalam perjalanan bila terdapat masalah koagulopati atau anemia. Cara penyimpanan dan identifikasi produk darah harus diperhatikan. Pemeriksaan laboratorium disamping tempat tidur (point of care testing) sangat bermanfaat bila tersedia pada saat transportasi (untuk memantau status asam-basa, hemoglobin, glukosa dan elektrolit).
SYOK SEPTIK DAN SINDROMA DISFUNGSI ORGAN MULTIPEL
Tindakan yang harus segera dilakukan pada anak yang dicurigai sepsis dan ditemukan adanya atau ancaman syok harus mengikuti prinsip A,B,C resusitasi (airway, breathing, circulation) diikuti terapi khusus untuk organisme yang mungkin menjadi penyebabnya.
Pengenalan
Gejala awal yang mendahului kolaps sirkulasi sangat bervariasi, terutama pada bayi. Hal ini memerlukan penilaian yang sangat hati-hati. Pada setiap anak dengan penurunan derajat kesadaran yang tidak bisa diterangkan penyebabnya (iritabel atau letargis), malas makan, muntah, pucat, atau ruam baru harus difikirkan kemungkinan adanya infeksi sistemik. Temuan dini, pengobatan suportif awal, dan memulai pemberian antibiotik dapat mencegah atau mengurangi konsekuensi keadaan klinis yang berat.
Penilaian awal
Pada kontak pertama, penilaian harus dibuat, meliputi derajat kesadaran, kemampuan mempertahankan jalan nafas dan fungsi respirasi. Bila keadaan ini telah dicatat, dan bila perlu pengobatan, maka harus dilakukan penilaian seksama status sirkulasi.
Denyut jantung, tekanan darah, dan waktu pengisian kapilar (normal < 2 detik) harus dinilai dan akses vaskular harus dipasang. Waktu pengisian kapilar yang memanjang (> 5 detik) harus segera diatasi dengan terapi cairan intravena 20 ml/kgBB (misalnya kristaloid NaCl 0,9%); biasanya dapat diulang dengan aman bila efek klinis yang diharapkan belum tercapai.
Pemeriksaan
Bersamaan dengan resusitasi awal diambil sampel darah untuk kultur, pemeriksaan darah lengkap, glukosa darah, elektrolit, tapisan koagulasi, dan reaktan fase akut seperti protein reaktif C. Pemeriksaan lanjutan seperti punksi lumbal dan foto toraks dapat ditunda sampai pasien stabil.
Antibiotik
Pemberian terapi antibiotik empirik untuk mengatasi kuman patogen yang paling mungkin sebagai penyebabnya sangat penting. Pasien infeksi nosokomial dan/atau mendapat akses vaskular sentral memerlukan tambahan antibiotik Gram-negatif (misalnya aminoglikosida) dan/atau tambahan vankomisin.
Penatalaksanaan selanjutnya
Resusitasi selanjutnya harus dipandu oleh penilaian regular tanda vital. Takikardia persisten dan hipotensi dengan waktu pengisian kapilar memanjang sesudah resusitasi cairan 40 ml/kgBB menunjukkan anak dalam gangguan kardiovaskular berat. Fikirkan intubasi semielektif dan ventilasi pada pasien tersebut untuk mempertahankan jalan nafas, memaksimalkan fungsi respirasi dan mengontrol edema paru (yang mungkin sudah timbul dan mungkin bertambah). Keputusan siapa yang akan melakukan intubasi harus dibuat oleh dokter senior dan akan mencerminkan kualitas dan keahlian staf medis lokal. Bila hasil laboratorium sudah ada dapat ditambahkan (tetapi tidak mengganti) estimasi klinis derajat penyakitnya, misalnya leukopenia, trombositopenia dan hipoglikemia.
Tatalaksana ideal selanjutnya akan meliputi pemasangan akses vena sentral dan titrasi pemberian cairan untuk mempertahankan tekanan pengisian jantung kanan (biasanya 8-12 cmH2O). Bila hipotensi persisten walaupun telah diberikan cairan yang adekuat, maka harus diberikan inotrop. Pada umumnya dimulai dengan dopamin 5-15 mcg/kgBB/menit, diikuti oleh epinefrin (adrenalin 0,1-0,5 mcg/kgBB/menit (atau lebih) bila tidak ada respons.
Sangat penting untuk diingat bahwa resusitasi optimal pada anak dengan sepsis dan syok septik tidak bisa ditangani dengan pengobatan tunggal. Pasien demikian harus ditangani secara komprehensif dengan dokter senior dan multidisiplin termasuk dokter di ruang perawatan intensif anak. Rujukan atau konsultasi dini ke ruang perawatan intensif anak harus difikirkan untuk nasihat tatalaksana dan/atau transportasi pasien.

KESALAHAN YANG SERING TERJADI
• Gagal memasang akses intravaskular pada anak syok berat:
- coba akses vena perifer (maksimum 90 detik atau tiga kali tusukan)
- bila gagal, lakukan akses intraoseus untuk terapi cairan dan obat-obatan


• Resusitasi cairan tidak adekuat:
- 20 ml/kgBB bolus cairan awal, diulang 2-3 kali bila perlu, mungkin jumlah totalnya sampai > 100 ml/kgBB
- pemberian terapi cairan yang banyak menunjukkan penyakit yang berat; fikirkan bantuan ventilasi dan titrasi cairan dengan pemantauan tekanan vena sentral (CVP)
• Intubasi dan bantuan ventilasi tidak dilakukan sampai henti kardiorespirasi. Fikirkan intubasi dan bantuan ventilasi semielektif (awal) bila ditemukan:
- penurunan derajat kesadaran
- gangguan kardiovaskular berat misalnya hipotensi, memerlukan terapi cairan yang banyak
- disfungsi respirasi berat, misalnya perlu penambahan suplemen oksigen
- adanya petanda penyakit berat (lihat petanda dibawah ini)
• Gagal mempertahankan stabilitas sesudah respons awal terhadap resusitasi. Indikator beratnya penyakit harus dinilai. Adanya penyakit berat harus difikirkan bila ada petanda berikut ini:
- leukopenia
- trombositopenia
- memerlukan resusitasi cairan yang banyak
- penyakit berjalan sangat cepat (< 6 jam)
- ruam yang menyebar sangat cepat
- tidak ditemukan meningitis
(dua indikator terakhir mengarah ke penyakit meningokokus)
Adanya meningitis berhubungan dengan 50% angka kematian.


KONSEP ASEPSIS

Asepsis; tidak adanya patogen penyebab penyakit.
Teknik Aseptik adalah usaha mempertahankan klien sedapat mungkin bebas dari mikroorganisme. Teknik asepsis dapat aseptik medis dan bedah.

Asepsis Medis atau teknik bersih; termasuk prosedur yang digunakan untuk mencegah penyebaran mikroorganisme. Contoh asepsis medis : mencuci tangan (scrubbing), mengganti linen tempat tidur, menggunakan cangkir obat.

Asepsis Bedah atau teknik steril; merupakan prosedur yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme dari suatu daerah. Sterilisasi adalah teknik untuk membunuh semua mikroorganism dan sporanya. Teknik steril wajib dilakukan saat melakukan prosedur invasif.


PRINSIP-PRINSIP UMUM SEPSIS ASEPSIS DALAM KAMAR BEDAH
a. Prinsip asepsis ruangan
Antisepsis dan asepsis adalah suatu usaha untuk agar dicapainya keadaan yang memungkinkan terdapatnya kuman-kuman pathogen dapat dikurangi atau ditiadakan, baik secara kimiawi, tindakan mekanis atau tindakan fisik. Termasuk dalam cakupan tindakan antisepsis adalah selain alat-alat bedah, seluruh sarana kamar operasi, semua implantat, alat-alat yang dipakai personel operasi (sandal, celana, baju, masker, topi dan lain-lainnya) dan juga cara membersihkan/melakukan desinfeksi dari kulit/tangan
b. Prinsip asepsis personel
Teknik persiapan personel sebelum operasi meliputi 3 tahap, yaitu : Scrubbing (cuci tangan steril), Gowning (teknik penggunaan gaun operasi), dan Gloving (teknik pemakaian sarung tangan steril). Semua anggota tim operasi harus memahami konsep tersebut diatas untuk dapat memberikan penatalaksanaan operasi secara asepsis dan antisepsis sehingga menghilangkan atau meminimalkan angka kuman. Hal ini diperlukan untuk meghindarkan bahaya infeksi yang muncul akibat kontaminasi selama prosedur pembedahan (infeksi nosokomial).
Disamping sebagai cara pencegahan terhadap infeksi nosokomial, teknik-teknik tersebut juga digunakan untuk memberikan perlindungan bagi tenaga kesehatan terhadap bahaya yang didapatkan akibat prosedur tindakan. Bahaya yang dapat muncul diantranya penularan berbagai penyakit yang ditularkan melalui cairan tubuh pasien (darah, cairan peritoneum, dll) seperti HIV/AIDS, Hepatitis dll.

c. Prinsip asepsis pasien
Pasien yang akan menjalani pembedahan harus diasepsiskan. Maksudnya adalah dengan melakukan berbagai macam prosedur yang digunakan untuk membuat medan operasi steril. Prosedur-prosedur itu antara lain adalah kebersihan pasien, desinfeksi lapangan operasi dan tindakan drapping.

d. Prinsip asepsis instrumen
Instrumen bedah yang digunakan untuk pembedahan pasien harus benar-benar berada dalam keadaan steril. Tindakan yang dapat dilakukan diantaranya adalah perawatan dan sterilisasi alat, mempertahankan kesterilan alat pada saat pembedahan dengan menggunakan teknik tanpa singgung dan menjaga agar tidak bersinggungan dengan benda-benda non steril.





DESINFEKSI DAN STERILISASI

Desinfeksi : Suatu tindakan untuk membunuh kuman pathogen dan apatogen tetapi tidak termasuk sporanya pada peralatan perawatan dan kedokteran atau permukaan jaringan tubuh, dengan menggunakan bahan desinfektan atau dengan cara mencuci, mengoleskan, merendam dan menjemur.

Tujuan :
1. Mencegah terjadinya infeksi silang
2. Memelihara peralatan dalam keadaan siap pakai

Pelaksanaan :
1. Desinfeksi dengan cara mencuci
Misalnya :
• Mencuci tangan dengan sabun, dibersihkan dan kemudian disiram atau dibasahi dengan alcohol 70%.
• Mencuci luka, khususnya luka kotor dengan H2O2, bethadin.
• Mencuci kulit atau jaringan tubuh yang akan dioperasi dengan larutan iodium tincture 3% dan dilanjutkan dengan alcohol.
• Mencuci vulva dengan larutan sublimate 1/1000 atau PK 1/1000.
2. Desinfeksi dengan cara mengoleskan
Misalnya :
• Mengoles luka dengan merchurochroom.
• Mengoles luka pasca pembedahan dengan alcohol 70% atau bethadine.
3. Desinfeksi dengan cara merendam
Misalnya :
• Merendam tangan dengan larutan Lysol 0,5%.
• Merendam peralatan perawatan/kedokteran setelah dipakai dalam larutan Lysol 3% - 5% sekurang-kurangnya 2 jam.
• Merendam alat tenun setelah dipakai oleh pasien dengan penyakit menular dalam larutan Lysol 3% - 5% sekurang-kurangnya 24 jam.
4. Desinfeksi dengan cara menjemur dibawah sinar matahari
Misalnya :
• Menjemur kasur, bantal, tempat tidur dan lainnya sekurang-kurangnya 2 jam setiap permukaan.
• Menjemur peralatan perawatan, misalnya psipot, urinal dan lain-lain.

Sterlisasi : Suatu tindakan untuk membunuh kuman pathogen dan apatogen beserta sporanya pada peralatan perawatan/kedokteran dengan cara merebus, panas tingi, stoom atau menggunakan bahan kimia.

Jenis peralatan yang dapat disterilkan :
1. Peralatan yang terbuat dari logam, misalnya pinset, gunting, sekulum, dll.
2. Peralatan dari kaca, misalnya spuit, tabung kimia, dll.
3. Peralatan dari karet, misalnya kateter, handscoon, NGT, drain, dll.
4. Peralatan dari ebonite, misalnya kanule rectum, kanule trachea, dll.
5. Peralatan dari email, misalnya bengkok, baskom, dll.
6. Peralatan dari porselin, misalnya mangkok, cangkir, piring, dll.
7. Peralatan dari plastic, misalnya slang infuse, dll.
8. Peralatan dari tenunan, misalnya kassa, tampon, duk, baju, sprei, dll.

Pelaksanaan :
1. Sterilisasi dengan merebus
Mensterilkan peralatan dengan merebus dalam air mendidih (100 C) dan ditunggu antara 15 – 20 menit. Misal : peralatan dari logam, kaca, karet.
2. Sterilisasi dengan stoom
Mensterilkan dengan uap panas dalam autoclave dengan waktu, suhu dan tekanan tertentu. Misal : peralatan dari alat tenun, obat-obatan, dll.
3. Sterilisasi dengan cara panas kering
Mensterilkan peralatan dalam oven dengan panas tinggi. Misal : peralatan logam yang tajam, peralatan dari kaca, dll.
4. Sterilisasi dengan bahan kimia
Mensterilkan peralatan dengan menggunakan bahan kimia seperti alcohol, sublimate, uap formalin, khususnya untuk peralatan yang cepat rusak bila kena panas.Misal : handscoon, kateter, dll.

Perhatian:
1. Sterilisator harus dalam keadaan siap pakai.
2. Peralatan harus dalam keadaan bersih dan masih berfungsi.
3. Peralatan yang dibungkus harus diberi label dengan jelas mencantumkan : nama, jenis peralatan, tanggal dan jam disterilkan.
4. Menyusun peralatan dalam sterilisator harus sedemikian rupa agar semua bagian dapat tersterilkan.
5. Waktu yang diperlukan untuk mensterilakan tiap jenis peralatan harus tepat.
6. Dilarang menambahkan atau memasukkan peralatan lain dalam sterilisator sebelum waktu mensterilkan selesai.
7. Memindahkan peralatan yang steril ke tempat lain harus dengan korentang.
8. Untuk mendinginkan peralatan steril dilarang membuka bungkus atau tutupnya
9. Bila peralatan yang baru disterilkan terbuka, peralatan tersebut dianggap sudah tidak steril.

MENCUCI TANGAN
Adalah membersihkan tangan dari segala kotoran dimulai dari ujung jari sampai siku dan lengan dengan cara tertentu sesuai kebutuhan.

Tujuan :
1. Mencegah terjadinya infeksi silang melalui tangan.
2. Menjaga kebersihan perseorangan (personal hygiene).

Macam mencuci tangan :
1. Cuci tangan biasa.
2. Cuci tangan desinfeksi.
3. Cuci tangan steril.

1. Mencuci tanan dengan cara biasa
Adalah membersihkan tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir atau disiramkan.

Persiapan :
• Air bersih yang mengalir atau air dalam baskom.
• Sabun.
• Sikat lunak (bila perlu).
• Handuk dan/lap bersih kering.

Pelaksanaan :
• Asesoris yang ada ditangan dilepas.
• Tangan sampai siku dibasahi kemudian disabuni dan digosok atau disika bila perlu.
• Tangan selanjutnya dibilas dengan air bersih dan dilap sampai kering.

2. Mencuci tangan dengan cara desinfeksi
Adalah mencuci tangan dengan menggunakan desinfektan khususnya bagi petugas yang berhubungan dengan pasien yang berpenyakit menular.

Persiapan :
• Air bersih yang mengalir atau air dalam baskom.
• Larutan desinfektan, antara lain Lysol, savlon.
• Handuk dan/lap bersih kering.

Pelaksanaan :
Tangan mulai dari ujung jari sampai siku dibasahi dengan air mengalir, setelah itu direndam dengan larutan desinfektan sekurang-kurangnya 2 menit, kemudian dibilas dengan air bersih dan dikeringkan dengan handuk.

3. Mencuci tangan dengan cara steril / Srubbing Surgery / cuci tangan bedah
Mencuci tangan steril/suci hama, khususnya bila akan melakukan tindakan pembedahan.

Persiapan :
• Kran air mengalir yang mempunyai tangkai panjang atau khusus.
• Sikat steril dalam tempatnya.
• Alkohol 70% dalam tempatnya.
• Sabun.
• Lap kering steril (jika ada hairdryer)

Pelaksanaan :
• Bila memakai cincin dan asesoris lain harus dilepas. Lengan baju digulung sampai siku.
• Kran dibuka, tangan dibasahi sampai siku, disabun dan digosok denga jari sekurang-kurangnya 2 menit, kemudian dibilas (sabun tetap dipegang).
• Ambil sikat, kemudian tangan disabun lagi dan disikat mulai dari jari-jari terutama kuku, sela-sela jari, pungung dan telapak tangan sekurang-kurangnya 10 kali. Setelah itu penyabunan dan penyikatan dilakukan pada kedua lengan, masing-masing sekurang-kurangnya 6 kali.
• Tangan dibilas, disikat dan dibilas lagi seperti tadi. Ini diulangi beberapa kali dalam waktu sekurang-kurangnya 15 menit.
• Setelah selesai, sabun dan sikat dikembalikan ke tempatnya. Tangan dibilas dan tetap diarahkan ke atas sehingga air dari tangan mengalir ke siku.
• Kran ditutup dengan siku.
• Tangan dikeringkan dengan lap kering steril. Satu bagian lagi dari lap seyogyanya hanya dipakai untuk satu tangan, dan bagian yang lain untuk tangan sebelahnya.
• Selanjutnya sarung tangan dipasang, jika segera mau pembedahan.


INFEKSI NOSOKOMIAL

Adalah merupakan yang didapatkan di Rumah Sakit yang tidak ada dan tidak menginkubasi pada waktu masuk Rumah Sakit.

Infeksi Nosokomial Melalui darah (Bakterimia dan Fungemia)
Bakterimia didefinisikan sbg pembuktian laboratorium adanya bakteri dalam aliran darah.

Septikemia adalah adanya racun/toksin dalam aliran darah.
Sepsis adalah reaksi umum dari pejamu pada toksin ini. Bakterimia didiagnostik dengan darah mikrobiologik, sedangkan septikemia didiagnostik dengan mikrobiologik dan klinik.

Fungemia adalah infeksi aliran darah yang disebabkan oleh organisme jamur. Infeksi aliran darah serius dan membutuhkan pengenalan lebih dini.

Adanya septikemia ataupun bakterimia ini akan menunjukkan indikator terjadinya peningkatan Angka Leukosit dalam darah (AL atau WBC), juga akan meningkatkan angka SGOT dan SGPT dalam serum.

Faktor-Faktor Penyebab Utama Infeksi Nosokomial di Negara Berkembang :
􀁺 Suntikan yang tidak aman dan seringkali tidak perlu
􀁺 Penggunaan alat medis tanpa ditunjang pelatihan maupun
dukungan laboratorium
􀁺 Standar dan praktek yang tidak memadai untuk
pengoperasian bank darah dan pelayanan transfusi
􀁺 Penggunaan cairan infus yang terkontaminasi, khususnya di
RS yang membuat cairan sendiri
􀁺 Meningkatnya resistensi terhadap antibiotik karena penggunaan antibiotik spektrum luas yang berlebih atau salah

Frekuensi Dan Jenis Infeksi Nosokomial Di Negara Sedang Berkembang :
􀁺 Tingkat infeksi meningkat secara global, terutama di negara
dengan sumber daya yang terbatas
􀁺 Jenis yang paling sering adalah infeksi luka bedah dan infeksi
saluran kemih dan saluran pernafasan bagian bawah (pneumonia)
􀁺 Tingkat paling tinggi terjadi di unit perawatan khusus, ruang rawat
bedah dan ortopedi serta pelayanan obstetri (seksio sesarea)
􀁺 Tingkat paling tinggi dialami oleh pasien usia lanjut, mereka yang
mengalami penurunan kekebalan tubuh (HIV/AIDS, pengguna
produk tembakau, penggunaan kortikosteroid kronis), TB yang
resisten terhadap berbagai obat dan mereka yang menderita penyakit bawaan
parah

Dampak Infeksi Nosokomial :
􀁺 Setiap saat, lebih dari 3 juta pasien di seluruh dunia mendapat komplikasi infeksi yang didapat di rumah sakit (nosokomial)
􀁺 Menyebabkan cacat fungsional, stress emosional dan dapat menyebabkan cacat yang permanen dan kematian
􀁺 Dampak tertinggi pada negara-negara sedang berkembang dengan prevalensi HIV/AIDS yang tinggi
􀁺 Meningkatkan biaya kesehatan di berbagai negara yang tidak mampu dengan meningkatkan
􀁺 Lama perawatan di rumah sakit
􀁺 Pengobatan dengan obat-obat mahal
􀁺 Penggunaan layanan lain

Pencegahan Infeksi Nosokomial :
􀁺 Sebagian besar dapat dicegah dengan berbagai cara pencegahan infeksi yang telah tersedia dan relatif murah
􀁺 Terapkan Tindakan Pencegahan Baku khususnya cuci tangan (atau penggunaan larutan cuci tangan antiseptik) dan memakai sarung tangan
􀁺 Memproses alat dan benda bekas pakai dengan benar
􀁺 Mengurangi suntikan yang tidak aman dan tidak perlu
􀁺 Meningkatkan praktek pencegahan infeksi di Kamar Operasi dan ruang lain yang beresiko tinggi untuk mencegah infeksi luka bedah dan mencegah penyakit yang ditularkan melalui darah
􀁺 Tidak semua dapat dicegah, khususnya penyakit pada orang tua, sakit jantung kronis, penyakit paru-paru atau ginjal, kurang gizi parah dan akibat komplikasi AIDS

Panduan Dan Rekomendasi Isolasi Dari CDC

Dasar Pemikiran

1985
􀁺 Pencegahan Universal bertujuan melindungi petugas kesehatan dari infeksi yang ditularkan melalui darah, namun pencegahan universal tidak:
􀁺 Mengatasi resiko penularan kepada pasien, dan
􀁺 Mengatasi resiko cairan tubuh lain yang mungkin terinfeksi (misal air mani, cairan maupun sekresi lendir)
􀁺 Awalnya tidak diketahui bahwa sebagian besarpengidap HIV tidak menunjukkan gejala, sehingga pencegahan Universal perlu dirubah.

1987
􀁺 Body Substance Isolation - BSI, yang menjawab sebagian besar kekurangan Pencegahan Universal, diperkenalkan dan walaupun lebih sederhana dan lebih mudah dipelajari tetapi:
􀁺 Mahal (penggunaan sarung tangan meningkat),
􀁺 Tidak menjawab pencegahan terhadap penyakit tertentu yg sudah jarang muncul pada pasien di rumah sakit, dan
􀁺 Membingungkan petugas administrasi, petugas dan pasien.



1996
􀁺 Bagian-bagian utama dari PU dan BSI dirangkum menjadi suatu rangkaian garis besar yang terbagi menjadi dua tingkatan yang disebut Tindakan Pencegahan Baku dan Pencegahan Berdasarkan Penularan



Pencegahan Berdasarkan Penularan
Definisi
􀁺 Panduan yang dirancang untuk mengurangi resiko penularan infeksi yang disebarkan seluruhnya maupun sebagian melalui udara, percikan, atau kontak antara pasien rawat inap dan petugas kesehatan. Contoh Penularan melalui :
􀁺 Udara : Cacar air (virus varicella), Campak dan Tuberkulosis
􀁺 Percikan : Gondongan, rubella and meningitis (N. meningitides)
􀁺 Kontak: Patogen enterik (virushepatitis A, echo) dan herpes simplex1

Fungsi Pencegahan Berdasarkan Penularan
􀁺 Berlaku untuk pasien rawat inap yang diketahui atau diduga kuat telah terinfeksi atau terjangkit mikroorganisme pathogen yang ditularkan melalui udara, percikan, atau kontak
􀁺 Bila pasien diduga terinfeksi tanpa diagnosa yang diketahui, Pencegahan Berdasarkan Penularan harus dilaksanakan berdasarkan tanda dan gejala klinis (berbasis empiris) sampai diagnosa dipastikan
􀁺 Mungkin diperlukan lebih dari 1 kategori Pencegahan Berdasarkan Penularan untuk seorang pasien
􀁺 Bila digunakan terpisah atau gabungan, Pencegahan Berdasarkan Penularan


DAFTAR PUSTAKA

1. Abraham E dkk. Consensus conference definitions for sepsis, septic shock, acute lung injury, and acute respiratory distress syndrome: Time for a revaluation. Crit care med 2000;28:232-235
2. Bone RC, Grodzin LI, Balk RA. Sepsis: A new hypothesis for pathogenesis of the disease process. Chest 1997;112:235
3. Carcillo JA. Septic shock. Dalam Singh NC penyunting. Manual of pediatric critical care. Philadelphia. WB Saunders company: 1997;h.223-232
4. Carcillo JA, Fields AI. Clinical practice parameters for hemodynamic support of pediatric and neonatal patients in septic shock. Crit care med 2000;30:6
5. Depkes RI, Prosedur Keperawatan Dasar, Jakarta, 1991.
6. Guyton, Arthur, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Texbook of Medical Physiology), EGC, Jakarta, 1997 : 549.
7. Jafari HS, McCracken GH. Sepsis and septic shock: a review for clinicians. Pediatr Infect Dis J 1992;11:739-748
8. Klein LW. Definition of sepsis: Not quite time to dump SIRS Crit care med 2002; 30:1-5
9. Peter MJ, Dobson S, Novelli V, Balfour J, Macnab A. Sepsis and fever. Dalam Macnab A, Macrae D, Henning R, penyunting. Care of the critically ill child. London. Churchill Livingstone:1999;h.103-119
10. Powell RK. Sepsis and shock. Dalam Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB penyunting. Nelson textbook of pediatrics, edisi ke-16. Philadelphia. WB Saunders Company: 2000; h.747-751
11. Saez-Llorens X, McCracken GH Jr. Sepsis syndrome and septic shock in pediatrics: Current concepts of terminology, pathophysiology, and management. J Pediatr 1993;123:497
12. Society of critical care medicine consensus conference committee: American college of chest physicians/Society of critical care medicine consensus conference: Definition for sepsis and organ failure and guidelines for the use of innovative therapies in sepsis. Crit care med 1992;20:864-874
13. Universitas Indonesia, Kumpulan Kuliah Patologi, Bagian Patologi Anatomi FK UI, Jakarta,1973; 466-55.






















Lampiran Gambar :















Gambar 1. Tempat dan Cara Mencuci Tangan Bedah (Surgical Scrubbing)









Gambar 2. Cara Memakai dan Melepas Handscoon (Gloving)








Gambar 3. Cara Memakai dan Melepas Baju Steril (Gowning)
















Gambar 4. Cara Memakai Masker dan Penutup Kepala (Masking)





















Gambar 5. Cara Membuka dan Menutup Instrumen Steril (Drapping)